News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Puskesmas di Banyuwangi Ini Gelar Kegiatan Unik, Lomba Balita Kurang Gizi

Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Balita yang memilki masalah status gizi saat monitoring kesehatan di Puskesmas Singotrunan Banyuwangi.

TRIBUNNEWS.COM, BANYUWANGI - Untuk menekan jumlah anak balita yang memiliki masalah status gizi, Puskesmas Singotrunan di Kabupaten Banyuwangi menggelar lomba balita kurang gizi setahun dua kali.

Pada lomba tersebut, para balita yang mengalami masalah status gizi dinilai perkembangan kesehatan fisiknya.

"Jika di tempat lain lombanya balita sehat, disini tidak. Yang kita lombakan balita yang mengalami masalah dengan gizi. Anak yang memiliki perkembangan siginifikan, maka ibunya akan dapat reward. Bukan hadiah mahal, ya seperti selimut," jelas Dwiyani Hariyanti, kepala Puskesmas Singotrunan kepada Kompas.com, Selasa (3/1/2017).

Menurut perempuan berjilbab tersebut, pada tahun 2013, jumlah angka balita yang mengalami masalah gizi di wilayahnya cukup tinggi hingga 165 anak. Padahal wilayah Puskesmas Singotrunan berada di tengah kota Banyuwangi.

Untuk mengantisipasi tingginya jumlah balita yang memiliki masalah status gizi, pihak puskesmas membuat program "Sirami Gizi" atau Aksi Ramah Peduli Pemulihan Gizi.

Kegiatan ini melibatkan lintas sektoral mulai dari bidan wilayah, hingga kader motivator gizi yang melibatkan ibu-ibu rumah tangga.

"Hingga 2013 hingga sekarang jumlahnya menurun dan saat ini ada 30 balita gizi buruk dan gizi kurang yang masih dalam penanganan, karena dengan berjalannya waktu banyak temuan baru balita yang memiliki masalah status gizi," jelas Dwiyani.

Balita yang mendapat pendampingan itulah yang akan diikutkan pada lomba balita kurang gizi setahun dua kali, dan ke depannya akan menjadi setahun 3 kali karena sekaligus menjadi monitoring.

Penyebab kurang gizi

Ia menekankan, anak gizi buruk atau kurang gizi tidak semuanya berasal dari keluarga ekonomi ke bawah, tetapi ada juga yang berasal dari keluarga yang berkecukupan dan berpendidikan.

"Rata-rata karena pola asuh yang salah. Orangtua bekerja, anak dititipkan pada neneknya yang sudah tua atau ada juga dititipkan pada pembantunya, jadi nutrisi yang masuk tidak tepat," jelas dokter gigi tersebut.

Jika ditemukan balita yang memiliki masalah status gizi, maka kader posyandu akan melaporkan ke bidan wilayah.

Lalu ibu dan balita akan diperiksa oleh dokter dan mendapatkan pendampingan khusus hingga kondisi anak kembali normal.

Pada masa pendampingan, anak akan mendapatkan makanan tambahan mulai biskuit atau bahan makanan yang langsung diberikan kepada ibu untuk diolah.

"Kita langsung berikan ikan, daging, telur atau yang dibutuhkan untuk dimasak. Selama pendampingan, ibu dan balita wajib untuk ikut pertemuan setiap hari Senin dengan dokter untuk melihat perkembangan anak" jelasnya.

Bukan hanya diperiksa, namun ibu juga mendapatkan pembekalan bagaimana cara memasak makanan untuk balita, tentang penyakit menular, termasuk juga kesehatan lingkungan serta KB.

"Nanti akan dijelaskan bahwa sebelum menyuapi anak, ibu harus mencuci tangan. Apa saja jenis makanan pendamping untuk anak, nanti akan di jelaskan. Jangan dikasih mi instan terus," katanya.

 
Penulis: Ira Rachmawati

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini