Saat anak mengalami tantrum, mereka tak mau mendengarkan Ibu dan kemarahan Ibu justru membuat keadaan semakin parah.
Dalam kondisi tantrum, anak tak akan memahami apa yang Ibu katakan karena ia dalam kondisi marah.
Saat itu, anak hanya mengedepankan sisi emosi yang negatif saja.
4. Meningkatkan hubungan orangtua dan anak
Untuk menghadapi anak tantrum, orangtua justru harus menunjukkan emosi positif seperti bersabar, menjaga intonasi suara, memeluk, dan menunjukkan perasaan bahwa apa pun yang anak lakukan Ibu dan Ayah tetap sayang padanya.
Dengan begitu, Ibu akan banyak belajar dan memahami bagaimana mengatur emosi yang baik di depan anak.
Besty Brown Braun, salah seorang parenting advisor di situs Kids in The House mengatakan bahwa ketika anak mengamuk, Ibu perlu melakukan pendekatan dengan cinta.
“Ketika anak mengamuk, Ibu bisa menurunkan emosi dan berusaha memberinya cinta seperti dengan memeluknya,” ujarnya.
Setelah tantrum pada anak reda, Ibu dan Ayah bisa meluangkan banyak waktu untuk memberi tahunya bahwa Ibu dan Ayah memahami perasaannya. Ingat, memahami perasaan anak bukan untuk menuruti semua kemauan anak.
Berikan perhatian dan cinta dalam bentuk dan porsi yang mendidik. Intinya anak butuh perhatian berlimpah dari Ibu dan Ayah.
Jadi, luangkan lebih banyak waktu bersamanya sambil melakukan kegiatan yang menyenangkan.
Cara ini sangat efektif mencegah dan mengurangi frekuensi tantrum pada anak.