Nah, rantai Policresulen bermuatan negatif, sehingga senyawa ini bersifat asam.
Sedangkan sel normal bermuatan negative. Tapi sel yang luka dan rusak bermuatan positif. Sehingga Policresulen tertarik.
Policresulen bekerja dengan membuat sedikit luka bakar kimiawi di daerah yang luka. Zat ini membunuh bakteri, sehingga menghentikan terjadinya proses infeksi lanjutan.
Baca: Kosmetik Ilegal Senilai Rp2,5 Miliar yang Mengandung Bahan Berbahaya Disita BPOM
Zat aktif Policresulen ini menurut farmasiana.com dapat mengkoagulasi protein secara spesifik dalam jaringan yang terluka, tanpa memberikan pengaruh buruk terhadap jaringan di sekitarnya yang masih sehat.
Tapi drg. Annisa Rizki Amalia, Sp.KGA, founder @senyumsikecil, Divisi Komunikasi dan Humas Ikatan Dokter Gigi Anak DKI Jakarta, juga aktif di Yayasan Orangtu Peduli (YOP) punya pendapat lain.
“Policresulen justru menghilangkan/memotong jaringan mukosa yang sehat juga,"jelas Icha seperti dikutip Tribunnews.com dari Nakita.
Kegunaan Albothyl Concentrate (Policresulen) adalah sebagai antiseptik atau desinfektan pada kulit, selaput mukosa pada mulut dan organ kewanitaan, seperti:
Radang vagina (vaginitis), radang mulut rahim (servisitis), untuk keputihan, gatal, bau tak sedap, ektopia, atau erosi bagian servikal.
Efek samping yang relatif ringan yaitu ketidaknyamanan lokal ringan terutama pada awal pengobatan.
Efek samping ini biasanya akan hilang jika pengobatan dihentikan.
Efek samping lainnya misalnya sensasi terbakar di vagina, infeksi jamur pada vagina (Candida), gatal pada vulva, permukaan mukosa mengelupas, reaksi alergi, dan gatal-gatal (urtikaria).
Fakta lainnya, sperti dilansir dari Drugs.com, Policresulen dibeberapa Negara hanya digunakan untuk pengobatan pada hewan (veteriner).