News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Latar Belakang Fenomena Pelakor Marak di Indonesia, Perempuan Harus Tahu

Editor: Suut Amdani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Surat pernyataan damai antara Ovie dan Nila (kiri). Screenshot video pelakor Tulungagung yang sempat viral (kanan)

Karena ketimpangan stigma tersebut, Harti menjelaskan yang perlu dilakukan saat ini adalah mengeduksi masyarakat.

"Perbuatan perselingkuhan itu adalah salah. Dan laki-laki juga harus menjadi pihak yang juga dimintai pertanggungjawabannya atas perilaku kekerasan (perselingkuhan termasuk kekerasan terhadap pasangan) yang dia lakukan," kata Harti.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Very Handayani, aktivis perempuan yang juga bergerak dalam dunia teater.

Dia menjelaskan bahwa penggunaan kata pelakor mungkin tidak tepat.

Menurutnya, dalam hal ini, pelaku perselingkuhan bukan hanya pihak perempuan, tapi lelaki juga turut andil dalam hal tersebut.

Selain itu, Very juga menjelaskan bahwa laki-laki bukan barang yang bisa dengan mudah direbut.

Ini yang menjadikan istilah pelakor tidak tepat disematkan pada perempuan.

Namun kini yang menjadi pertanyaan besarnya adalah apa alasan dibalik perempuan lebih memilih menyalahkan perempuan lain dibanding laki-laki?

Kesadaran Gender

Menanggapi pertanyaan tersebut, Harti menyebut bahwa mungkin salah satu alasannya adalah kurangnya kesadaran gender di Indonesia.

"Akarnya adalah cara pandang masyarakat terhadap relasi antara laki-laki dan perempuan yang masih sangat bias gender," katanya.

"Sehingga melihat persoalan seperti itu, yang mendapatkan stigma lebih awal bukan pelaku laki-laki tapi justru pelakor-nya itu sendiri," tambahnya.

Banyak Faktor

Menurut Harti, ada banyak faktor mengapa perempuan merasa lebih mudah untuk menyalahkan perempuan lain.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini