Selama menjalani perawatan di kantor perwakilan Alfatih masih tetap memerlukan sejumlah bahan dan alat habis pakai (BAHP).
Sesuai rincian kebutuhan yang disampaikan pihak RSCM, total biaya BAHP per bulannya sekktar Rp16-20 juta.
Alfatih seyogyanya mulai menjalani rawat jalan di kantor perwakilan Pemkab Banjar di Tebet Darat Dalamraya, Jakarta, pada pekan pertama Januari 2019. Namun urung karena saat itu mendadak kesehatan bayi itu drop akibat diare.
Selain itu, kala itu, pihak manajemen RSCM juga masih melakukan pelatihan khusus terhadap orangtua Alfatih mengenai tindakan P3K (pertolongan pertama pada kecelakaan).
Lalu, menunggu persetujuan dari Poliklinik Kencana untuk rawat jalanAlfatih.
Hal ini mengingat kelak balita malang ini memerlukan ruangan khusus dan pelayanan cepat.
Alfatih telah mejalani penanganan medis secara intensif di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr Cipto Mangun Kusumo (RSCM) sejak 20 Mei 2018 lalu.
Menjelang persiapan menjalani fase rawat jalan, ujicoba penggunaan ventilator (alat bantu pernapasan) juga telah dilakukan beberapa waktu lalu dan berlangsung lancar.
Belum diketahui berapa lama Alfatih kelak Alfatih bakal menjalani rawat jalan.
Namun dimungkinkan masih cukup lama karena penyakit yang diidap adalah penyakit langka yang memerlukan penanganan khusus.
Selama itu pula Pemkab Banjar membantu biaya hidup orangtua Alfatih di Jakarta. Dinkes Banjar beberapa bulan lalu juga menginisiasi penggalangan dana kemanusiaan untuk pembelian ventilator seharga Rp 200-an juta.
Langkah ini dilakukan karena aturan pengelolaan keuangan tak memungkinkan untuk menyalurkan dana hibah dalam jumlah besar.
(banjarmasinpost.co.id/roy)
Artikel ini telah tayang di banjarmasinpost.co.id dengan judul Kondisi Kesehatan Alfatih Pengidap Jeune Syndrom Masih Turun Naik, Ia Baru Saja Jalani Hal Ini,