News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Perempuan Tergemuk di Kalteng

Bosan Menu Sehat, Titi Wati Penderita Obesitas Kembali Makan Ikan Asin, Berbahayakah untuk Badannya?

Penulis: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Hampir sebulan Titi Wati, perempuan tergemuk di Kalteng yang memiliki bobot hingga 220 kilogram usai menjalani operasi Bariatrik atau pengecilan lambung. Begini kondisinya sekarang.

Adakah Manfaat Ikan bagi Kesehatan?
Ikan asin memang kerapkali dijadikan pembangkit selera makan.

Makanan ini sudah sejak lama menjadi kegemaran masyarakat Indonesia, baik itu dicampur nasi uduk, nasi goreng, dan nasi putih.

Namun, di balik rasanya yang gurih dan lezat, adakah manfaat mengonsumsi ikan asin bagi kesehatan?
Ikan asin dapat dibuat dari aneka jenis ikan, seperti gabus, peda, dan tenggiri.

Proses pengawetannya pun dibuat dengan menggunakan garam dalam jumlah yang banyak sehingga dapat disimpan di suhu ruangan selama berbulan-bulan.

Saeri saat menjemur ikan asin di pesisir pantai Desa Bandengan, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, Senin (11/2/2019) (tribunjabar/ahmad imam baehaqi)

Kandungan gizi pada ikan
Ikan mengandung banyak nutrisi bergizi tinggi, seperti protein, vitamin, mineral dan asam lemak omega 3, tergantung jenisnya. Ikan yang berlemak (seperti salmon, tuna, sarden atau mackerel) mengandung asam lemak omega 3 yang lebih tinggi. Asam lemak omega 3 ini diperlukan untuk tubuh dan otak dapat berfungsi dengan baik.

Untuk itu, guna memenuhi kebutuhan omega 3 Anda, dianjurkan untuk makan ikan berlemak paling tidak 1-2 kali per minggu. Bahkan menurut studi yang dipublikasikan American Journal of Clinical Nutrition, makan 1 porsi ikan minimal 1 kali per minggu dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular atau penyakit jantung hingga 15 persen.

Namun kandungan gizi ikan juga dapat berpengaruh dari cara pengolahan maupun penyajiannya.

Baca: Bisa Duduk Usai Operasi Pemotongan Lambung, Pola Makan Titi Wati Diatur, Tanpa Gorengan, Ini Menunya

Seperti penelitian yang dilansir oleh American Heart Association, melaporkan bahwa agar kandungan asam lemak omega 3 (yang baik untuk jantung) tetap optimal bisa diperoleh jika ikan tersebut dimasak dengan cara direbus ataupun dikukus dibandingkan dengan cara digoreng, dikeringkan, maupun diawetkan.

Dilansir Klikdokter, proses pengolahan dengan cara digarami dan dikeringkan seperti pada ikan asin akan mengurangi gizi dan nutrisi yang terkandung dalam ikan secara drastis.

Ikan asin bisa tingkatkan risiko penyakit
Selain itu, satu penelitian yang dipublikasikan American Journal of Clinical Nutrition menyebutkan, ikan asin (dan makanan lain yang diasinkan) tinggi kadar sodium.

Hal ini justru dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Penelitian ini dilakukan di Jepang pada 80.000 pria dan wanita yang mengonsumsi makanan yang diasinkan (termasuk ikan asin).

Hasilnya, responden yang banyak mengonsumsi makanan yang diasinkan (tinggi sodium) dapat mengalami peningkatan risiko penyakit jantung hingga 20 persen.

Garam memang dibutuhkan untuk tubuh agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Namun, konsumsi garam yang berlebihan dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi dan penyakit jantung. Untuk itu, organisasi kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO), menganjurkan untuk tidak mengonsumsi garam melebihi 5 gr setiap harinya.

Namun pada ikan asin, proses pengawetan menggunakan garam di atas ketentuan. Meski jumlah garam yang dibutuhkan berbeda-beda (tergantung cara pengawetannya), untuk ikan asin yang diolah dalam kemasan, biasanya membutuhkan sekitar 30 kg garam per 100 kg ikan.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini