Pada 2018, badan kesehatan dunia (WHO) melaporkan bahwa di Indonesia, 30,4% perokok mencoba berhenti tetapi hanya 9,5% yang berhasil.
“Berubah adalah proses bertahap, dan semuanya membutuhkan proses. Untuk diet saja, kita tidak bisa langsung berhenti makan nasi secara tiba-tiba. Sukses bukanlah kebetulan. Jika kita tidak dapat berhenti merokok dengan berhenti tiba-tiba, coba cari berbagai macam alternatif untuk hijrah, dan kamu harus commit lakukan itu” ujar Iko.
Baca: Polisi Sosialisasi Larangan Merokok Bagi Pengendara Motor
Terdapat berbagai macam cara untuk berhenti merokok, mulai dari berhenti secara langsung maupun menggunakan terapi pengganti nikotin (Nicotine Replacement Therapy - NRT).
Cara pertama yakni langsung berhenti total, dianggap sangat sulit untuk beberapa perokok, karena mereka sering kali mereka mengalami withdrawal syndrome.
Sedangkan terapi NRT dapat mengurangi rasa ketergantungan dengan memberikan perokok nikotin yang kadarnya bisa di kontrol dan mengeliminasi racun-racun lain yang terkandung dalam rokok. Akan tetapi, kedua pendekatan berhenti merokok ini masih sangat jarang diadopsi di Indonesia.
Beberapa tahun belakangan organisasi kesehatan masyarakat di berbagai negara sedang mempelajari dan mendorong pendekatan berhenti merokok baru yang bernama Electronic Nicotine Delivery System (ENDS) yang juga dikenal sebagai rokok elektrik.
Pendekatan ini diklaim dapat menjadi alternatif untuk berhenti merokok secara bertahap. Sama halnya dengan NRT, produk ENDS mengandung nikotin namun dengan dosis yang terkontrol.
Produk ini juga mengeliminasi berbagai macam bahan kimia beracun yang dihasilkan oleh proses pembakaran rokok.
Pada tahun 2015, Public Health England, organisasi dibawah Kementerian Kesehatan Inggris menyimpulkan bahwa rokok elektrik lebih rendah resiko kesehatannya hingga 95% dibandingkan rokok konvensional.
Ketika ditanya pendapatnya mengenai temuan ini, Iko mengatakan bahwa dia sangat mendukung perokok yang ingin beralih kepada rokok elektrik dengan harapan itu menjadi proses yang dapat membuat mereka berhenti sepenuhnya.
Pada awal tahun 2019, studi yang dipublikasikan di New England Journal of Medicine juga menemukan bahwa rokok elektrik dua kali lebih efektif dibandingkan NRT dalam membantu perokok berhenti dari kebiasaan merokok.
Dalam riset yang berbeda pada bulan lalu, peer-reviewed study yang dilakukan oleh Centre of Substance Use Research (CSUR) dan dipublikasikan di Journal of Pulmonary and Respiratory Medicine, juga melaporkan bahwa total konsumsi rokok di antara perokok peserta studi tersebut berkurang sekitar 73%, dalam periode 3 bulan sejak mereka menggunakan ENDS.
Berbagai temuan ini semakin memperkuat klaim bahwa rokok elektrik dapat menjadi salah satu cara untuk membantu perokok berhenti dari kebiasaannya.
“Jika memang dengan rokok elektrik mereka dapat berhenti (merokok), itu adalah bagian dari proses yang mungkin bisa di pertimbangkan” tambah Iko.