TRIBUNNEWS.COM - Tingginya suhu tubuh karena infeksi bisa menimbulkan kejang demam pada anak.
Anak-anak yang berusia 3 bulan hingga 6 tahun bisa mengalami kejam demam. Tetapi, yang paling umum terjadi pada balita yang berusia antara 12 hingga 18 bulan.
Orangtua mungkin akan merasa takut ketika anak mengalami kejang demam. Tak jarang kondisi anak yang seperti ini membuat orangtua panik.
Untungnya, kejam demam pada anak biasanya tidak berbahaya dan tidak menunjukkan masalah kesehatan yang serius.
Baca: Anak Demam Usai Bermain di Luar Rumah? Jangan Panik, Bisa Jadi si Kecil Dehidrasi, Lakukan Hal Ini
Kebanyakan kejang demam tidak menyebabkan efek yang bertahan lama. Seperti tidak menyebabkan kerusakan otak, cacat intelektual atau ketidakmampuan belajar, dan tidak membuat anak memiliki gangguan kesehatan yang serius seperti epilepsi.
Saat mengalami kejang demam, biasanya tubuh anak akan menjadi sangat kaku dan menjadi jarang bergerak.
Adapun gejala-gejala yang terjadi pada anak saat mengalami kejang demam, yaitu: demam lebih tinggi dari 38 C, hilangnya kesadaran, kejang-kejang atau gemetar di seluruh tubuh, tidak responsif.
Anak juga sering mengerang, kehilangan kontrol pada kandung kemih hingga mungkin menyebabkannya mengompol, serta lidah dan mulut yang berdarah karena digigit.
Kejang demam diklasifikasikan menjadi 2, yaitu kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks.
Kejang demam sederhana
Adalah kondisi kejang demam yang paling umum terjadi pada anak dan hanya berlangsung dalam waktu 15 detik hingga 15 menit.
Kejang demam sederhana tidak kambuh dalam periode 24 jam dan tidak hanya terjadi pada satu bagian tubuh saja.
Kejang demam kompleks
Kejang demam ini biasanya berlangsung lebih dari 15 menit dan terjadi lebih dari sekali dalam waktu 24 jam.