Laporan Wartawan Tribunnews.com, Apfia Tioconny Billy
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Diet keto akhir-akhir ini menjadi pilihan diet yang paling populer di kalangan masyarakat. Sebab, dinilai ampuh menurunkan berat badan.
Metode diet ini akan menyisihkan makanan mengandung karbohidrat dan yang mengandung gula dan menggantinya dengan makanan yang mengandung lemak sehat, protein dan makanan bernutrisi lainnya.
Walaupun banyak yang berhasil, ternyata metode diet ini menurut Dokter Spesialis Gizi Klinik dari RSCM, dr. Fiastuti Witjaksono, berbahaya.
Baca: Pernah Ada Benjolan, Andien Selamat dari Kanker Payudara Setelah Hentikan Makan Nasi Putih
Baca: Insomnia? 5 Tips Ini Buat Tidurmu Lebih Cepat dan Nyenyak, Relaksasi Sebelum Tidur hingga Berjemur
Baca: Luna Maya Tidak Konsumsi Nasi Seiring Bertambahnya Usia
Alasannya, 70 persen makanan yang masuk ke dalam tubuh adalah lemak yang tidak bagus untuk tubuh karena dapat menambah tumpukan lemak pada tubuh.
Kemudian akan menghambat kerja otak karena otak membutuhkan energi yang seharusnya banyak berasal dari karbohidrat.
“Kalau diet keto ekstrem ya jadi lemot karena otak akan kekurangan energi, kolesterolnya naik karena HDL tinggi. Kan sehat itu artinya berat badan bagus tapi enggak lemot,” ucap dr. Fiastuti saat ditemui di acara Gerakan Lawan Diabetes Bersama Dia, di KalCare Lotte Shopping Avenue, di Jakarta Selatan, Rabu (13/11/2019).
Baca: Pernah Ada Benjolan, Andien Selamat dari Kanker Payudara Setelah Hentikan Makan Nasi Putih
Baca: Penjelasan Ilmiah Kalau Mencium Aroma Kentut Itu Bau
Baca: 7 Bumbu dan Rempah yang Dapat Bantu Program Diet
Kemudian dengan penumpukan lemak, maka bisa menimbulkan penyakit seperti diabetes karena insulin tidak maksimal bekerja.
Lemak yang menumpuk akan menghalangi fungsi insulin untuk mengubah gula menjadi energi untuk sel-sel di dalamn tubuh bekerja.
Kemudian akan membuat tubuh menjadi lemas, ingin makan terus sehingga menyebabkan kadar gula dalam darah tinggi yang memicu diabetes.
“Insulin yang merupakan kunci sel tidak bisa ngebuka, gak bisa masuk gulanya ke dalam sel,” tutur dr. Fiastuti.