TRIBUNNEWS.COM - Saat bekerja, tak dipungkiri baik karyawan maupun atasan mengalami stres.
Bahkan menurut laman stress.org via wheniwork.com, sebanyak 40 persen pekerja mengatakan pekerjaan mereka memicu stres.
Tanpa dipungkiri, stres dapat menyebabkan penurunan produktivitas dalam kerja.
Baca: Video Detik-detik Puteri Indonesia Terpeleset di Panggung Miss Universe 2019,Wakil Malaysia Terjatuh
Baca: Misteri Jasad Balita Tanpa Kepala, Kaos Bergambar Tugu Monas Mirip Pakaian Terakhir Yusuf
1. Perampingan Perusahaan
Ekonomi yang buruk atau perusahaan yang mengalami krisis anggaran menyebabkan perampingan.
Setiap pekerja, baik yang digaji per jam atau per bulan, mengalami stres karena takut kehilangan pekerjaan, terutama jika mereka melihat orang lain di sekitar mereka yang di-PHK.
20 Latihan Soal Matematika Kelas 5 SD BAB 4 Kurikulum Merdeka & Kunci Jawaban, Keliling Bangun Datar
Download Modul Ajar Serta RPP Seni Rupa Kelas 1 dan 2 Kurikulum Merdeka Lengkap Link Download Materi
2. Beban kerja yang meningkat
Ketika ada pemutusan hubungan kerja (PHK), pekerja lain akan diminta untuk mengambil beban kerja tambahan.
Tentu hal ini sangat melelahkan, baik secara fisik maupun mental.
Pekerja yang digaji flat/rutin mungkin mendapati diri mereka mengalami jam kerja yang lebih lama untuk menyelesaikan pekerjaan tanpa keuntungan lembur.
Sementara, pekerja yang bekerja per jam kemungkinan dipaksa bekerja lebih keras untuk menyelesaikan pekerjaan dalam jumlah waktu yang sama.
Apa pun itu, jelas hal ini membuat stres.
3. Tekanan untuk tampil
Tempat kerja yang sangat berfokus pada pengukuran kinerja dan produktivitas mungkin tidak menyadari bahwa hal-hal semacam itu dapat menimbulkan tekanan pada para pekerjanya.
4. Jam kerja lebih lama