Dia sempat meminta kepada dokter untuk mengonsumsi antiretroviral (ARV), namun ditolak mentah-mentah. Menurut sang dokter saat itu kandungan CD4 di dalam tubuh Davi masih tergolong tinggi, yaitu 600. Ada regulasi yang mengatur orang yang terinfeksi HIV boleh mengonsumsi ARV jika CD4 sudah menginjak 250.
Baca: Anak dengan HIV Minum ARV untuk Dewasa karena Perusahaan Farmasi Tak Tertarik Impor
Tekadnya untuk sehat tak terbendung. Tak berselang lama dia memutuskan kembali berkonsultasi dengan dokter. Dia minta izin untuk mengonsumsi ARV.
Sejak 2011 hingga sekarang Davi masih mengonsumsi obat yang dapat memperlambat perkembangan virus HIV ini. Cara kerja obat ini adalah menghilangkan unsur yang dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan diri dan mencegah virus HIV menghancurkan sel CD4.
"Dua tahun pertama aku tidak minum obat. Banyak teman-teman yang sakit, yang meninggal karena berhenti minum obat. Aku jadi ketakutan," tutur pria 28 tahun itu.
Meski tidak merasa takut terhadap kematian, Davi berupaya memanfaatkan hidupnya untuk masyarakat, khususnya sesama orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Davi kini terjun menjadi relawan di Perkumpulan Inti Muda Indonesia.
"Aku tidak pernah takut mati, tapi waktu tahu positif HIV, sempat berpikir tidak akan lama, lalu berpikir bagaimana di sisa umur ini bisa berkontribusi ke teman-teman dan masyarakat, terutama teman-teman yang sama dan komunitas," kata Davi.
Untuk meringankan beban pikirannya, Davi terbuka soal hal yang dia alami. Melalui media sosial seperti YouTube dan Instagram, Davi berbagi informasi tentang ODHA dan cara pencegahan HIV/AIDS.
Aktif di media sosial justru tidak membuat stigma negatif tentang kondisi yang dia alami hilang. Perundungan yang dia alami di media sosial lebih kencang. Namun demikian, dia tidak khawatir karena bagi dia itu adalah proses pembelajaran agar masyarakat bisa menerima ODHA di tengah-tengah mereka.
Keluarga dan kerabat dekat menjadi penyemangat kala hatinya gusar. Dia memilih bercerita dan mengingat perhatian keluarga tercinta, khususnya sang ibunda yang tak pernah berhenti memberikan dukungan. Dukungan keluarga dan orang terdekat menjadi penyemangat dirinya untuk bertahan hidup.
"Dukungan keluarga sederhana, tapi bermakna. Misalnya mengingatkan untuk minum obat dan menjaga kondisi agar tidak sampai lemah. Kalau dari teman sudah biasa, tapi kalau mendapat dukungan dari keluarga seperti ada kekuatan," ujar Davi.
Kehadiran HIV di dalam dirinya tidak menghambat Davi untuk menekuni dunia olahraga. Dia tetap aktif berolahraga, terutama bulutangkis dan marathon. Davi membantah persepsi ODHA rentan lelah dan harus menjaga kondisi tubuh agar virus makin aktif dan menurunkan kekebalan tubuh.
Davi tergolong rutin berolahraga. Dua kali dalam seminggu Davi aktif latihan bulutangkis bersama komunitasnya. Dia bahkan rutin mengikuti turnamen bulutangkis antarklub.
"Justru lebih bugar. Dulu beratku tidak pernah lebih dari 55 kilogram, sekarang 72 kilogram," tutur Davi.
Davi punya sebuah cita-cita terkait penanggulangan HIV/AIDS. Dia berharap semakin banyak orang yang memahami HIV, terutama penyebaran virus ini. Dia berharap banyak pada anak-anak muda. Menurut dia keterlibatan anak muda sangat berguna untuk meminimalisasi epidemi HIV. Cara yang bisa dilakukan adalah berbagi informasi.