Sementara itu amfetamine yang dikonsumsi secara bebas tanpa dosis yang tepat dari dokter dapat menimbulkan banyak efek negatif.
Pertama amfetamine ini bersifat adiktif atau bikin ketagihan sama seperti narkoba jenis lainnya yang bisa menggangu kesehatan organ-organ vital seperti jantung.
“Amfetamin termasuk yang adiksinya tinggi karena di otak itu bisa menempati produksi amfetamin itu hingga ratusan bahkan ribuan kali, sangat kenceng yang bikin adiktif,” kata dr. Hari.
“Kalau ada ganggun jiwa bukan makin baik atau makin terkontrol malah bisa makin meperberat gangguan kejiwaannya apalagi kalau dia adikitf,” sambung dr. Hari.
Muncul efek negatif lainnya yang bisa terlihat langsung seperti kerusakan pada ronggal mulut tepatnya kerusakan pada gusi dan gigi.
“Terus muncul ke masalah fisik karena dia sifatnya stimulan bisa meningkatkan tekanan darahnya, serangan jantunn, menggangu produksi liur jadi bibir kering jadi lebih cepat rusak dan yang lain-lain gitu,” tutur dr. Hari.
Bukan untuk Obat Bipolar
Sementara itu untuk penyakit bipolar dr. Hari menyebutkan ada beberapa jenis obat yang digunakan tapi bukan amfetamine.
“Kalau bipolar obatnya kaya lithium, asam valproat, bukan amfetamine,” pungkas dr. Hari.
Hal senada juga diungkap dokter spesialis kejiwaan Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Teddy Hidayat, dr SpKJ (K).
Ia mengatakan jika hasil urine Medina Zein positif amfetamin tentu itu bukan obat yang diberikan dokter.
"Dokter tidak mungkin memberikan amfetamin karena amfetamin itu golongan narkotika. Kecuali jika dokter memberikan obat yang kerjanya mirip aphetamin," ujar Teddy Hidayat saat dihubungi Tribun Jabar melalui sambungan telepon, Kamis (2/12/2020).
Ia menjelaskan jika amfetamin adalah zat stimulan yang kerjanya merangsang otak.
Menurutnya ada hubungan antara pengidap bipolar dan pengguna amfetamin.