Sehingga apabila ada keterlambatan data atau data yang kurang berkualitas hal itu dapat memengaruhi model yang dihasilkan.
Pihaknya juga menjelaskan bahwa model prediksi kasus bukan seperti bola kristal yang pasti terjadi.
Sedangkan prediksi model bersifat dinamis dan tidak fixed.
"Hal itu untuk mengantisipasi efek yang tidak terduga. Prediski jangka pendek bisa lebih akurat daripada jangka panjang. Model tidak diinterpretasi berlebihan," papar dia.
Hari menyebutkan, apabila melihat model probabilistik dia lebih condong menyebut bahwa kasus dapat mereda ketimbang berakhir.
Baca: Janji KPK: Akan Lebih Serius Buru Para DPO, Langsung Ditahan dan Diumumkan di Konferensi Pers
"Apabila model deterministik angka kasus akan 0, namun dengan probalilitik tidak pernah mencapai nol, mendekati nol," ujar dia.
Pandemi dapat disebut mereka apabila indikator pandemi bisa dipantau.
Baca: 587 Pekerja Migran Indonesia Terpapar Covid-19, Menaker Ida Minta Atnaker Pro Aktif
Seperti jumlah kasusnya menurun dan kasus baru mendekati nol. Selain itu, tingkat reproduksi kasus baru yang semakin kecil, bisa di bawah 1.
"Jika melihat di China, tingkat reproduksi kasus awalnya dari 3,8 menjadi 0,5 di Hubei dan menjadi 0,1 di seluruh China," paparnya.
Selanjutnya, yang dapat diamati juga adalah indikator perilaku masyarakat.
Menurut dia, pandemi corona memberikan pelajaran pada masyarakat untuk membentuk perilaku kesehatan yang baru seperti kebiasaan mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak.
Laporan: Rizal Setyo Nugroho
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Riset Dosen Unair: Pandemi Corona Indonesia Mereda Awal Agustus.