"Jadi metode penularannya dari droplet atau dari tetesan bersin atau batuk, bukan dari darah, bukan dari plasenta."
"Selama masih mengandung, kita belum tahu bayinya positif atau nggak."
"Tapi sejauh ini, data yang menunjukkan, bayi yang tertular itu setelah lahir," kata Huthia.
Covid-19 Mengancam Janin di Usia Trisemester Kedua
Huthia pun menerangkan mengenai seberapa besar pengaruh Covid-19 mengancam janin dalam kandungan ibu hamil yang terpapar virus ini.
Menurut Huthia, pada saat usia kehamilan memasuki trisemester pertama, sebenarnya belum ada data yang menunjukkan Covid-19 ini menyebabkan keguguran.
Lain halnya ketika kehamilan memasuki trisemester kedua atau di atas 14 minggu.
Pada usia sekitar trimester kedua, Huthia menyebutkan, Covid-19 bisa menyebabkan persalinan prematur.
"Di usia sekitar trisemester kedua ke atas atau 14 minggu ke atas, banyak data yang menunjukkan bahwa Covid-19 ini bisa berpengaruh pada persalinan sebelum waktunya."
"Jadi terjadi kontraksi sebelum waktunya sehingga terjadi persalinan prematur," ungkap Huthia.
Baca: Perawat Meninggal di Surabaya karena Covid-19, Riwayat Penyakit hingga Jalani Rapid Test 2 Kali
Huthia menyampaikan, persalinan prematur ini bisa terjadi apabila ibu hamil yang terpapar Covid-19 mengalami infeksi kuat dan imunitasnya lemah.
Akibatnya, bayi lahir sebelum waktunya.
"Kalau bayi lahir sebelum waktunya bagaimana? Kalau berat badannya masih rendah, berisiko tidak survive bayinya," terang Huthia.
Oleh karena itu, Huthia pun menyarankan para ibu hamil supaya selalu menjaga kesehatan dan imunitasnya.