TRIBUNNEWS.COM - Obat anti inflamasi atau peradangan, dexamethasone (deksametason), mendadak ramai diperbincangkan di masyarakat sebagai terobosan obat virus corona (Covid-19).
Dexamethasone dinilai efektif menyembuhkan pasien Covid-19 berkat uji coba yang dilakukan Universitas Oxford.
Hasilnya menunjukkan obat tersebut sukses mengurangi risiko kematian pada pasien Covid-19 dengan kondisi parah.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, dr Reviono SpP mengungkapkan dexamethasone dapat mengurangi inflamasi atau peradangan pada pasien Covid-19, bukan membunuh virus.
Karena dexamethasone merupakan obat anti peradangan atau inflamasi, bukan antivirus.
"Jadi obat jenis ini hanya mengatasi radangnya saja, tidak mengatasi bakteri atau virus penyebabnya," ungkap Revi saat dihubungi Tribunnews, Jumat (19/6/2020).
Menurut Revi, dexamethasone bukan seperti hydroxychloroquine (hidroksi klorokuin) atau klorokuin yang berfungsi untuk melawan virus.
"Dexamethasone bukan antivirus, beda dengan hidroksi klorokuin," ungkapnya.
Baca: Kasus Positif Corona Bertambah 1.226, Jawa Timur jadi Wilayah Tambahan Tertinggi
Baca: Ikatan Dokter Indonesia: 38 Dokter Meninggal Dunia Terkait Covid-19
Revi mengungkapkan, virus corona mengakibatkan inflamasi atau peradangan yang luas di tubuh.
"Sehingga dexamethasone membantu mengatasi inflamasi pada tubuh, sama sekali bukan menghilangkan virus," ungkapnya.
Maka dari itu, pasien Covid-19 disebut Revi pasti akan mendapatkan obat antivirus.
Obat Dewa
Revi menyebut, dexamethasone biasa digunakan untuk mengatasi peradangan.
"Peradangan itu bisa karena alergi bisa karena infeksi, bisa karena penyakit auto imun dan yang lain," ujarnya.