Laporan wartawan Wartakotalive.com, Lilis Setyaningsih
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Terjadi kehamilan seringkali yang lebih dikhawatirkan ketika terjadi
hubungan seksual di usia dini (remaja).
Padahal, tidak hanya kehamilan saja, tapi berhubungan juga dengan munculnya organ reproduksi yang
lebih rentan terkena penyakit dan bisa menetap saat dewasa.
Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Dr.Elsina K. Pietersz, Sp.OG mengatakan, pada usia dini,
organ reproduksi belum matang, seperti dinding rahim, mulut rahim.
Ketika terjadi hubungan seksual, masuknya alat kelamin, sperma yang dianggap sebagai ‘benda
asing’ akan membuat organ seksual jadi mudah rusak.
Akibatnya virus gampang masuk. Sekali kena virus, akan lebih mudah terkena infeksi lain.
Baca juga: 3 Kisah Pernikahan Dini Viral di NTB, Nikahi 2 Gadis dalam Sebulan, Ada yang Baru Berusia 12 Tahun
Infeksi ke rahim, saluran telur, mulut rahim juga lebih rentan terkena kanker mulut rahim.
Terlebih belum melakukan vaksin HPV.
"Perempuan akan lebih rugi bila tidak punya pengetahuan bahwa berhubungan seksual di usia dini
berisiko terhadap kesehatan reproduksinya. Sehingga akhirnya coba-coba dan tidak berpikir
konsekuensi dari tindakan tersebut," kata dr Elsina saat menjadi pembicara di talkshow dengan
tema ‘Pengaruh Pernikahan Dini Terhadap Kesehatan Reproduksi’ di Komunitas Bogor Mengabdi, Jumat
(30/10/20200).
Ia menjelaskan, hubungan seksual baik dalam ikatan pernikahan atau tidak, dianggap dini bila
dilakukan sebelum usia 18 tahun.
Tidak hanya kesiapan organ, tak kalah penting juga masalah ekonomi, dan emosi.
Pada usia mulai 18 tahun, area otak yang mempertimbangkan tindakan dan risiko, serta konsekuensi
sudah matang.
Sehingga sudah bisa mengambil keputusan bertanggungjawab atas tindakan.
"Untuk hamil, idelnya minimal usia 20 tahun, karena dari penelitian, kelahiran di bawah usia
tersebut, kejadian depresi setelah melahirkan lebih tinggi," katanya.
Kehamilan di usia muda tidak hanya berisiko pada ibunya tapi juga ke janin.
Janin bisa tumbuh kurang baik sehingga menyebabkan berat bayi lahir rendah (BBLR), serta
kelahiran prematur, serta depresi pada ibunya.
Baca juga: Fenomena Tingginya Angka Perceraian di Indramayu Didominasi Masalah Ekonomi Hingga Pernikahan Dini
Seperti diketahui, bayi dengan berat rendah dan kelahiran prematur menyebabkan kesehatan di bayi
kelak.
Sudah ada penelitan bahwa bayi dengan berat rendah saat dilahirkan lebih berisiko terkena
penyakit tidak menular seperti diabetes, dan jantung.
Berbeda dengan wanita yang lebih berisiko terkena penyakit ketika berhubugan seksual pada usia
remaja, pada remaja pria risiko tidak ada.
Pada pria lebih pada kematangan emosi yang belum sempurna. Ketika pasangan terjadi kehamilan
misalnya, remaja pria jadi rentan depresi. (lis)