Maka, 100 hari prakonsepsi sampai 1000 hari kelahiran menjadi hal yang penting untuk dipersiapkan bagi ibu dan bayi.
“Disamping itu perlunya perbaikan kualitas layanan, kompetensi tenaga kesahatan, pendampingan dan dukungan keluarga, serta penggunaan teknologi. Penggunaan teknologi akan sangat memungkinkan untuk menurunkan AKI dan AKB”, jelas Budi Wiweko.
FKN 2020 ini diharapkan bisa menggandeng para pengambil kebijakan kesehatan, penyedia layanan kesehatan, media, pengajar dan peneliti, mahasiswa, serta penyandang dana untuk dapat berkontribusi dalam menata ulang kebijakan kesehatan guna menurunkan AKI dan AKB di Indonesia.
Seperti diketahui, kesehatan ibu dan bayi masih menjadi target dalam Sustainable Development Goals (SDGs). Adapun target SDGs penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia adalah kurang dari 25 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2030.
Meskipun telah banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah, Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) belum turun secara signifikan.
Begitu pula dengan distribusi angka-nya juga tidak merata antar daerah di Indonesia.
AKI merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat kesehatan ibu dimana hal ini ditempatkan menjadi prioritas utama dalam target SDGs, karena 280 hari pertama dari 1000 hari kehidupan seorang bayi tergantung pada ibunya.
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator yang digunakan untuk melihat status kesehatan anak, dan kondisi ekonomi penduduk secara keseluruhan.
Angka kematian ibu di Indonesia tertinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya dan ini masih merupakan masalah utama di Indonesia.
Tercatat secara umum di Indonesia terjadi penurunan kematian ibu selama periode 1991-2015 dari 390 menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup.
Meskipun terjadi kecenderungan penurunan angka kematian ibu, namun tidak berhasil mencapai target SDGs di mana masih jauh dari target tujuan pembangunan berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDGs) yakni 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030.
Masalah ibu yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan, tidak dapat dilepaskan dari berbagai faktor yang mempengaruhinya, antara lain status kesehatan ibu dan kesiapan untuk hamil, pemeriksaan antenatal (masa kehamilan), pertolongan persalinan dan perawatan segera setelah persalinan, serta faktor sosial budaya.
Jika ditinjau dari pelayanan kesehatan dapat disebabkan fasilitas dan infrastruktur yang tidak memadai. Termasuk jumlah SDM yang terbatas atau belum memiliki kompetensi yang baik.
Tentunya status kesehatan bayi juga sangat terkait dengan beberapa faktor ibu selama hamil dan melahirkan, seperti rendahnya persalinan yang di tolong oleh tenaga kesehatan, rendah pemeriksaan selama hamil, dan juga status gizi ibu hamil yang masih rendah.