Mulai dari sampo hingga pembersih wajah dan make-up yang mengandung paraben.
Menurut sebuah studi tahun 2016 di Journal of Chemistry, paparan prenatal terhadap BPA (sejenis paraben) telah dikaitkan dengan sejumlah masalah kehamilan dan masa kanak-kanak.
Termasuk keguguran, berat badan lahir rendah, obesitas, gangguan pertumbuhan janin, dan masalah perilaku.
Berita kesehatan lainnya
Ilmuwan Temukan Pengobatan Kanker Baru, Disebut Perpanjang Harapan Hidup hingga Gantikan Kemoterapi
Ilmuwan asal Israel telah menciptakan cara untuk mengobati kanker seperti menggunakan 'gunting kecil' untuk menargetkan sel kanker dalam tubuh.
Percobaan tersebut telah berhasil dilakukan pada hewan tikus, menurut sebuah laporan.
"Ini adalah studi pertama di dunia yang membuktikan bahwa sistem pengeditan genom CRISPR, yang bekerja dengan memotong DNA, dapat secara efektif digunakan untuk mengobati kanker pada hewan," kata Profesor Dan Peer, pakar kanker dari Universitas Tel Aviv.
Dilansir New York Post, penelitian rekan diterbitkan minggu lalu di jurnal Science Advances.
"Tidak ada efek samping, dan kami yakin bahwa sel kanker yang dirawat dengan cara ini tidak akan pernah aktif lagi."
Pihaknya juga menambahkan, teknologi tersebut dapat memperpanjang harapan hidup pasien kanker dan kami berharap, suatu hari, menyembuhkan penyakitnya.
Diharapkan, metode ini nantinya dapat menggantikan pengobatan kemoterapi.
Baca juga: Analis Rusia Sebut Vladimir Putin Derita Kanker dan Parkinson, Sempat Jalani Operasi Februari Lalu
“Jika kita bisa menggunakan teknologi ini, maka dalam tiga perawatan kita bisa menghancurkan tumor. Teknologi ini secara fisik dapat memotong DNA dalam sel kanker, dan sel tersebut tidak akan bertahan,” kata Peer.
Penelitian ini menggunakan teknologi pengeditan genom menggunakan nanopartikel lipid yang ditargetkan untuk terapi kanker.
Para ilmuwan menggunakan teknik ini pada ratusan tikus, dan Peer mengatakan metode tersebut berpotensi digunakan pada manusia dalam dua tahun.
Dilansir The Times Of Israel, Peer mengatakan pengobatannya akan sangat disesuaikan kebutuhan masing-masing pasien berdasarkan biops.
Obat diberikan sebagai suntikan umum atau suntikan langsung ke tumor, tergantung mana yang paling cocok.
“Teknologi ini perlu dikembangkan lebih lanjut, tetapi yang utama kami telah menunjukkan bahwa ini dapat membunuh sel kanker,” ujarnya.
Untuk penelitian ini, Peer dan timnya memilih dua dari kanker paling mematikan: glioblastoma dan kanker ovarium metastatik.
Baca juga: BPOM Sebut Obat Anti-Diabetes Metformin yang Berisiko Kanker Tidak Beredar di Indonesia
Baca juga: Yayasan Amal Kanker Joe Biden Disebut Raup Jutaan Dolar Tapi Nol Kontribusi untuk Penelitian Medis
Glioblastoma adalah jenis kanker otak yang paling agresif, dengan harapan hidup 15 bulan setelah diagnosis dan tingkat kelangsungan hidup lima tahun hanya 3 persen.
Mereka berencana mengembangkan pengobatan untuk semua jenis kanker.
Dia mengatakan bahwa injeksi terdiri dari tiga komponen: nanopartikel yang dibuat dari lipid, messenger RNA yang menyandikan fungsi 'gunting kecil' untuk memotong DNA, dan sistem navigasi yang mengenali sel kanker.
“Ketika kami pertama kali berbicara tentang pengobatan dengan messenger RNA dua belas tahun lalu, orang mengira itu fiksi ilmiah,” kata Peer.
"Saya percaya bahwa dalam waktu dekat, kita akan melihat banyak perawatan yang dipersonalisasi berdasarkan pembawa pesan genetik, untuk kanker dan berbagai penyakit genetik," imbuhnya.
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)