Mendengar klaim Wang Yi, Dr Ryan dari WHO pun menantang kesimpulan tersebut dan menyebutnya sangat spekulatif. Tim pencari fakta ingin mengetahui apakah pasar basah tersebut menjadi sumber kontaminasi, penguat penularan dari manusia ke manusia, atau keduanya.
Akhir bulan lalu, otoritas kesehatan China menunjukkan bahwa jumlah sebenarnya kasus Covid-19 di Wuhan pada awal tahun 2020 mungkin telah mencapai sepuluh kali lipat dari penghitungan yang tercatat. Ini berarti sebanyak setengah juta penduduk negara itu, mungkin telah terinfeksi selama hari-hari awal tersebarnya wabah.
Komisi Kesehatan Kota Wuhan kali pertama melaporkan sekumpulan kasus pneumonia terjadi di Wuhan, provinsi Hubei pada 31 Desember 2019. Pada akhirnya, kasus pneumonia itu diidentifikasi sebagai SARS-Cov-2 atau virus corona baru.
Kemudian pada bulan Maret 2020, saat virus ini menyebar melalui China ke seluruh dunia, WHO menyebut wabah tersebut sebagai pandemi. Pernyataan WHO ini mendorong banyak negara memberlakukan sistem penguncian (lockdown) dan pembatasan lainnya untuk menekan penyebaran virus tersebut, tentunya langkah ini berdampak buruk pada kondisi ekonomi dan sosial yang sangat signifikan secara global.
WHO menyatakan bahwa semua bukti yang terkumpul menunjukkan bahwa virus itu berasal dari hewan, dan kemungkinan besar telah muncul dari pasar basah Wuhan. Kendati demikian, AS dan China telah menghabiskan waktu selama berbulan-bulan untuk memperdebatkan tentang asal usul virus ini.
AS dan sekutunya menuduh bahwa virus itu bocor dari laboratorium China. Sedangkan China membalas tudingan AS dengan menyatakan bahwa mungkin saja virus itu telah disebarkan di Wuhan oleh Angkatan Darat AS.
Namun kedua negara ini tidak memiliki bukti konklusif untuk memperkuat tuduhan masing-masing. Musim panas lalu, sebuah investigasi menemukan bahwa ilmuwan dan institusi China, AS, Australia serta Kanada bekerja sama satu sama lain melalui Institut Virologi Wuhan untuk melakukan berbagai eksperimen yang berpotensi berbahaya dan melibatkan virus corona. Institut Kesehatan Masyarakat Nasional AS misalnya, diketahui telah menggelontorkan dana sebesar 3,7 juta dolar AS kepada laboratorium Wuhan untuk melakukan penelitian tentang penularan virus corona kelelawar.(fit/sputnik/wly)