Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Definisi diet merupakan cara memenuhi asupan pola makan gizi yang seimbang yang diperlukan tubuh guna menjalankan fungsinya.
Asupan gizi seimbang dipenuhi melalui keseimbangan nutrisi sumber makanan melalui asupan karbohidrat, protein, dan juga lemak.
Pertanyaannya, bisakah diet dilakukan selama masa pandemi Covid-19?
Menurut pendapat dokter spesialis gizi klinis dari Siloam Hospitals TB Simatupang, dr. Christopher Andrian, Sp.GK., bediet di masa pandemi tetap dapat dilakukan.
Bahkan menurutnya hal itu berguna untuk mendapatkan berat badan ideal dengan tubuh yang sehat dan kondisi yang tetap prima.
"Melakukan diet bukan berarti mengurangi jumlah kadar makanan secara total dengan jangka waktu yang lama.
Baca juga: Diet Sebabkan Tubuh Lemas dan Tensi Darah Rendah, Wakil Wali Kota Depok Tunda Suntik Vaksin Covid-19
Diet yang sempurna itu harus dilaksanakan melalui asupan gizi seimbang dengan kadar normal dan periode teratur.
Itu yang terlebih dahulu harus diingat," sebut dr. Christopher Andrian, Sp.GK., dalam obrolan di kanal instgram live Siloam Hospitals TB Simatupang yang diikuti puluhan peserta, Rabu (27/01/2021) di Jakarta.
Dia menjelaskan, diet gizi seimbang, takaran komposisinya hampir sama, yaitu keseimbangan mengkonsumsi Karbohidrat 50-55%, Protein 15-20% dan Lemak 20-25%.
Adanya perbedaan jumlah asupan saat mengkonsumsi kadar karbohidrat, protein dan lemak dapat diperhatikan jika terdapat penyakit penyertanya.
"Contohnya jika yang melakukan program diet memiliki penyakit diabetes dengan obesitas, maka karbohidrat nya harus dibatasi.
Baca juga: Penyakit Kusta Pada Anak Tinggi, Kenali dan Obati Sedini Mungkin
Diabetes dengan gangguan ginjal harus dibatasi asupan proteinnya. Jadi perlu penyesuaian untuk setiap orang saat melakukan diet," ujar dr Christoper Adrian.
Dia juga mengingatkan, dalam hal asupan yang seimbang, setiap orang memiliki kebutuhan kalori yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
Pertama, faktor usia. Semakin bertambah usia, maka kebutuhan kalorinya semakin berkurang.
Kedua, faktor jenis kelamin. Pria lebih besar kebutuhan kalorinya, meskipun pria lebih mudah berdiet.
Ketiga, faktor tinggi badan. Manusia dengan tinggi badan lebih akan lebih besar membutuhkan kalori.
Keempat, faktor aktivitas fisik. Seseorang dengan mayoritas aktifitas diluar dengan pekerja di dalam ruangan jelas berbeda kebutuhan kalorinya.
Dengan sejumlah faktor tersebut, maka pelaksanaan diet tetap mengacu pada keseimbangan pola asupan karbohidrat, protein dan lemak yang menyesuaikan kebutuhan.
Baca juga: Sederet Manfaat Teh Kembang Sepatu untuk Kesehatan Dilengkapi dengan Nilai Gizi dan Cara Membuatnya
Ahli gizi klinis Siloam Hospitals TB Simatupang menjelaskan, kebiasaan masyarakat di Indonesia pada umumnya cenderung mengkonsumsi asupan karbohidrat yang berlebihan berdasarkan rasa kenyang yang diperoleh guna mendapatkan energi yang dominan guna menghadapi pandemi.
Namun hal tersebut dinilai salah dan dapat mengganggu pola diet yang dilaksanakan.
"Karbohidrat memang penting dikonsumsi karena diperlukan untuk fungsi otak dan sel darah merah, tapi tidak untuk berlebihan."
"Karena akan berefek pada obesitas yang merupakan peradangan yang lebih rentan ke beberapa penyakit. Misalnya gangguan pernapasan dan resiko pada pencernaan," lanjutnya.
Diet Seimbang dan Asupan Vitamin
Di akhir pemaparannya, dr. Christopher Andrian, Sp.GK., turut berbagai tips guna mengatasi menahan lapar saat diet apalagi dengan kondisi 'work from home'.
Hal ideal adalah membuat jadwal pola makan. Karena pola pembersihan organ lambung terjadi dua atau tiga jam setelah makan.
Untuk itu diperlukan jenis makanan yang bisa lebih lama dicerna dalam perut, Bubur lebih cepat habis tercerna dibanding nasi putih, dan nasi putih lebih cepat habis dicerna dibanding nasi merah. Saat konsumsi nasi harus diimbangi oleh sayuran.
Pola diet yang benar mengikuti waktu yang teratur, yaitu sarapan pagi pada jam 06.00 dan 09.00., kemudian makan siang diperiode pukul 12.00 dan sore hari jam 15.00.
"Dilanjutkan dengan makan malam pada pukul 18.00 dan terakhir mengkonsumsi buah buahan pada jam 21.00," sebut Christoper.
Dijelaskan pula, asupan vitamin, berfungsi sebagai pengganti asupan dari makanan utama. Yang berarti vitamin dapat diberikan jika makanan utama tidak dapat memberikan asupan yang cukup pada tubuh.
Namun mengkonsumsi vitamin dalam jangka panjang akan menimbulkan efek samping. Contohnya masalah pada ginjal, apalagi jika kurang mengkonsumsi air putih.
"Jika bisa diimbangi semua asupan dalam tubuh seperti karbohidrat, protein, dan lemak maka vitamin tidak lagi dibutuhkan oleh tubuh. Jadi cukup mengatur pola gizi yang seimbang dengan periode waktu yang teratur," tegasnya.