Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Sakit usus buntu tidak dapat diremehkan.
Penyakit ini terjadi karena ada penyumbatan lubang pada usus buntu yang melekat pada usus besar. Penyumbatan itu berasal dari pecahan feses.
Namun tidak hanya pecahan feses saja yang membuat usus buntu mengalami penyumbatan.
Kadangkala juga disebabkan oleh pembesaran kelenjar dalam usus buntu.
Baca juga: Setelah Operasi, Bisakah Masalah Usus Buntu Kambuh? Simak Penjelasan Dokter
Baca juga: Anak Pertama Babe Cabita Terinspirasi Kucing, Kini Istri Hamil, Ngidam Ikan Koi, Bakal Jadi Nama?
Selain menimbulkan rasa sakit yang membuat tidak nyaman. Jika penyumbatan terus dibiarkan maka akan muncul infeksi.
Infeksi tadi bisa menyebabkan usus mengalami kebocoran.
Kalau sudah demikian, cairan yang keluar karena bocornya usus tersebut dapat menginfeksi bagian organ tubuh lain. Atau dalam dunia medis dikenal sebagai Apendisitis.
Diungkapkan oleh dr Alexandra, Sp. BA, biasanya saat mengalami sakit usus buntu, perut bawah sebelah kanan akan mengalami nyeri. Selain itu, penderita akan merasa mual dan diselingi dengan muntah.
Oleh karena itu, untuk melakukan pencegahan dr Alexandra menyarankan untuk menjaga pola makan.
Sering mengonsumsi sayuran dan makanan berserat dan banyak minum air putih.
Lantas, bagaimana tentang anggapan jika usus buntu juga dikarenakan buang air besar (BAB) tidak lancar?
Menurut dr Alexandra mengatakan jika BAB tidak lancar, tidak memiliki pengaruh dengan usus buntu.
Belum tentu orang yang mengalami BAB tidak lancar diduga usus buntu. Atau sebaliknya, orang yang selalu lancar BAB dipastikan tidak akan terkena usus buntu.
Namun, dr Alexandra mengungkapkan jika rasa sakit pada BAB tidak lancar hampir serupa dengan usus buntu. Hal ini disebabkan feses menumpuk pada usus besar yang memang berdekatan dengan usus buntu.
Penumpukan feses ini dapat menimbulkan rasa sakit yang serupa dan titiknya berada di perut bawah bagian kanan.
"Jadi untuk memastikan apakah mengalami usus buntu adalah pergi ke dokter dan melakukan pemeriksaan," ungkapnya dalam siaran Radio Kesehatan Kementerian Kesehatan, Rabu (24/2/2021).