Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penggunaan antibiotik pada industri peternakan di Indonesia cukup besar, dengan perkiraan total sebesar 913,94 ton pada tahun 2030.
Antibiotik yang digunakan secara tidak bertanggung jawab, memicu resisten mikroba sehingga muncul bakteri yang kebal terhadap antibiotik.
Bakteri resisten tersebut dapat menular ke manusia melalui makanan dan lingkungan.
Juru Kampanye World Animal Protection Rully Prayoga mengatakan, antibiotik banyak digunakan untuk menangani infeksi maupun meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan hewan.
Antibiotik tidak dapat digunakan sembarang dan hanya diperuntukan sebagai kepentingan medis.
"Antibiotik untuk doyan makan, bikin ternak cepat pertumbuhannya dan biasanya dicampur dalam air dalam pakannya," bebernya.
Misalnya, penggunaan pada ayam broiler yang sering dikomsumsi manusia.
"Ini harus dipastikan safe (ayamnya). Kontaminasi tidak hanya lewat makanan bisa juga air, udara tapi kebanyakan makanan," ujarnya dalam Media Briefing: Bakteri Berbahaya Bagi Manusia, Senin (5/4/2021).
Baca juga: Penyalahgunaan Antibiotik pada Hewan Ternak Ancaman Bagi Kesehatan Global
Ia mengatakan, hasil investigasi pihaknya pada beberapa saluran air umum di Kanada, Thailand, Spanyol dan Amerika Serikat telah menemukan gen bakteri resisten terhadap antibiotik.
Baca juga: Antibiotik Tidak Cocok Diberikan Kepada Anak yang Mengalami Batuk dan Pilek
Yaitu sefalosporin generasi ketiga, fluoroquinolones, colistin dan makrolida, yang saat ini menjadi perhatian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Baca juga: Anafilaktik, Reaksi Alergi Berat Tak Hanya Usai Divaksin, Bisa Juga Terjadi karena Antibiotik
"Hal ini dapat menjelaskan bagaimana industri peternakan dapat menyebabkan gen pembawa bakteri kebal dan bakteri super yang berakibat fatal bagi manusia," ungkapnya.
Bisa Bunuh 2,4 Juta Orang
Rully memaparkan, dalam laporan OECD memprediksi korban jiwa akibat bakteri super pada 2050 mencapai 2,4 juta jiwa.