Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Di tengah masyarakat, masih banyak berkembang mitos seputar penyakit Asma.
Dokter mengatakan, salah penanganan asma bisa berujung dengan kematian.
Mitos dan kepercayaan terkadang dapat menghambat penanganan asma secara benar.
Berikut mitos seputar Asma yang dikutip dari Kementerian Kesehatan, Jumat (7/5/2021).
Baca juga: Asma Pertama Kali Bisa Menyerang Saat Dewasa dan Lansia, Dipicu Gaya Hidup
Baca juga: Penderita Asma Lebih Berisiko Terpapar Covid-19, Benarkah?
Mitos 1: Penyakit asma bisa disembuhkan
Faktanya : Asma adalah penyakit kronis yang dipicu oleh kelainan patologis genetis, sifat alergi yang menyebabkan asma akan selalu menetap.
Untuk itu, penderita tidak dapat terbebas 100% dari Asma. Akan tetapi, gejala asma bisa dikendalikan dengan menggunakan obat pengontrol secara teratur.
Jika gejala asma sudah bisa dikontrol, penderita asma pun dapat beraktivitas seperti orang lain.
Serangan asma bisa terjadi lagi apabila penderita terpapar faktor pencetus.
Penderita harus menghindari faktor pencetus asma yang bisa berasal dari dalam dan luar tubuh, seperti rasa cemas berlebihan, stres, debu, udara dingin, bulu binatang, polusi udara, dan lain sebagainya.
Baca juga: Bolehkah Gunakan Obat Hirup Inhaler Saat Berpuasa? Begini Penjelasannya
Mitos 2: Penggunaan inhaler akan alami ketergantungan
Fakta: Tidak membuat kecanduan. Justru, pengembangan obat asma dalam bentuk aerosol yang pemakaiannya menggunakan alat inhaler ini merupakan kemajuan terpenting dalam pengobatan asma.
Dulu, obat asma harus diminum atau disuntikkan. Dalam jangka panjang hal itu dapat mengakibatkan efek samping, seperti darah tinggi, penyakit gula, tulang keropos, dan lain sebagainya.