TRIBUNNEWS.COM - Mager atau malas gerak tampaknya sudah menjadi gaya hidup sebagian orang. Mereka menamakan dirinya kaum rebahan.
Dokter Spesialis Gizi Klinik Siloam Hospitals TB Simatupang dari Jakarta Selatan, dr. Christopher Andrian, M. Gizi, Sp.GK., menyebut itu sebagai sedentary lifestyle.
Ia menjelaskan, gaya hidup sedentari pada dasarnya adalah kebiasaan malas bergerak atau menetap pada suatu posisi dalam waktu lama. Minim beraktivitas secara fisik atau tubuh.
Sebagai contoh, aktivitas harian lebih sering duduk atau berbaring, misal menonton TV, bermain Gadget dan bekerja di depan komputer atau laptop.
Kemudian, pergi ke sekolah, kantor, atau belanja menggunakan kendaraan meskipun jaraknya dekat.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, gaya hidup ini menjadi penyebab utama kematian, penyakit dan kecacatan di dunia.
Baca juga: Selain Enak, Makan Tempe Punya Manfaat Kesehatan, Baik untuk Jantung
Oleh karenanya, dr Christopher Andrian menyarankan agar melawan rasa 'mager' dengan membiasakan diri melakukan aktivitas fisik, minimal 30 - 60 menit setiap hari.
"Malas bergerak dalam jangka waktu panjang dapat meningkatkan resiko Penyakit Tidak Menular atau PTM. Misalnya akan menimbulkan penyakit obesitas, Kolesterol tinggi, diabetes dan penyakit jantung bahkan stroke," tutur dr. Christopher Andrian, melalui edukasi secara langsung di akun Instagram milik Siloam Hospitals TB Simatupang, Selasa (25/05/2021).
Adapun istilah 'mager' bukan sesuatu yang asing lagi bagi masyarakat saat ini.
"Bahkan penggunaannya sangat umum ditemukan pada percakapan sehari-hari terutama bagi kaum rebahan (istilahnya)," ujar dokter yang akrab disapa Chris itu menambahkan.
Lalu apa yang harus dilakukan untuk menghindarkan diri dari gaya hidup ini?
Baca juga: Diabetes Tidak Terkontrol Tidak Hanya Berpotensi Rusak Jantung Tapi Juga Menimbulkan Stroke
Perlu diketahui, gaya hidup mager bisa memicu penyakit berbahaya karena asupan kalori lebih banyak dari yang dikeluarkan.
"Banyak asupan makanan yang masuk tanpa diimbangi dengan olahraga, maka akan berdampak timbulnya berbagai penyakit," tutur dokter Chris memaparkan edukasinya.
Guna meniadakan ketidakseimbangan asupan yang dikonsumsi dengan kadar kalori minim yang dikeluarkan, maka pola makan dan aktivitas fisik dengan rutin berolahraga merupakan solusi yang patut dijalankan.
Misalnya dalam beraktivitas sehari-hari seperti mengerjakan pekerjaan rumah tidak bisa disamakan dengan berolahraga.
"Yang dibutuhkan untuk membakar kalori dan lemak dalam berolahraga adalah meningkatkan denyut jantung agar bisa memompa darah secara konstan selama 30 - 45 menit dalam sehari," ungkap Christopher Andrian.
Dikatakannya, untuk pola makan yang sehat, maka perlu diingat adalah batasi penggunaan lemak, caranya yaitu pastikan hanya satu kali dalam mengkonsumsi menu yang di goreng, dan berhenti makan sebelum merasa kenyang.
Dokter Chris turut mengingatkan agar konsumsi air putih 8 gelas sehari atau total 2 liter.
Bagi penikmat kopi, direkomendasikan 200mg kafein per harinya atau setara dengan 2 sendok makan.
"Untuk penggunaan konsumsi kopi, gula, dan suplemen, karena jika dikonsumsi dalam waktu lama akan memperberat kinerja jantung. Kurangi asupan secara bertahap, bagi yang biasa minum kopi 3 sampai 4 gelas sehari menjadi 2 sampai 3 gelas sehari, atau bisa diencerkan komposisinya," kata Chris mengingatkan.
Diakhir sesi edukasi, dr. Christopher Andrian, M. Gizi, Sp.GK., kembali mengingatkan pentingnya berolahraga.
"Selagi masih sehat maka lakukanlah aktivitas berolahraga dengan rutin guna tetap menjaga tubuh dari serangan berbagai penyakit. Semua orang akan menyesal setelah mengalami penyakit", pungkas dokter Chris.