TRIBUNNEWS.COM - Lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi beberapa hari ini diyakini bukan karena klaster mudik, melainkan varian baru yang masuk ke Indonesia, yaitu varian Delta.
Hal itu diungkapkan oleh Wakil Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Slamet Budiarto, dikutip dari tayangan TV One, Selasa (22/6/2021).
"Virus ini adalah virus yang kemungkinan berbeda dengan virus yang berada di bulan Februari," ucapnya.
Pihaknya menilai penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro sudah bagus di tengah masyarakat.
Akan tetapi, menurut Slamet, masuknya varian baru Covid-19 Delta ke Indonesia, yang menyebabkan kasus meningkat tajam.
Baca juga: Delta Plus, Varian Baru Covid-19 dari Varian Delta yang Bermutasi Lagi
Baca juga: Jubir Kemenkes : Ada 151 Kasus Varian Delta di Indonesia Tersebar di 8 Provinsi
"LIPI di Jawa Barat, 72 persen (ada penelitian kecil,red) dari sequencing itu varian Delta."
"IDI menilai PKKM sudah bagus. Masyakarat sudah tahu, protes dan lain-lain, tapi virusnya lebih ganas dan infeksius, karena hanya 2 minggu sudah terjadi puncak seperti di awal Februari," jelas Slamet.
"Menurut saya ini bukan dari mudik, tapi pemicunya virus dari luar negeri masuk, yang sangat infeksius," imbuhnya.
Lantas, seperti apa varian Delta itu sebenarnya dan bagaimana gejalanya?
Varian Delta Covid-19 disebut menghasilkan gejala yang berbeda dari varian yang sebelumnya, termasuk varian Alpha yang pertama kali ditemukan di Inggris.
Dilansir Mirror, Studi Gejala Covid ZOE baru-baru ini mengonfirmasi, gejala varian Delta yang dominan saat ini lebih mirip flu, yaitu:
- sakit kepala,
- sakit tenggorokan,
- pilek, dan