Laporan Wartawan Tribunnews.com, Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penggunaan Ivermectin sebagai salah satu obat untuk kepentingan terapi penyembuhan Covid-19 masih menjadi pro kontra di masyarakat.
Lalu bagaimanakah sebenarnya Ivermectin di mata dokter paru?
Menurut ahli paru dari Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Budhi Antariksa, pro kontra terhadap Ivermectin di masyarakat merupakan suatu yang lumrah terjadi.
Baca juga: Ramai Obat Ivermectin untuk Terapi Covid-19, Ahli Farmasi UGM: Jangan Terlalu Cepat Percaya
Sebab sampai saat ini belum ada satu obat pun yang direkomendasikan oleh WHO sebagai obat Covid-19.
"Semua negara saat ini terus berjuang untuk melawan Covid-19. Mereka terus mencari obat untuk memulihkan pasien yang terkena dampak Covid-19. sampai saat ini WHO juga belum menetapkan obat untuk Covid-19. Termasuk, Remdesivir dan Hidroksiklorokuin. Karena ini penyakit yang baru sehingga semua negara masih terus melakukan penelitian obat Covid19,"ungkap Budhi.
Baca juga: Dari Sini Awalnya Ivermectin, Obat Cacing Diklaim Bisa Terapi Covid-19, Layakkah Diproduksi Massal?
Menurut dokter dari Departemen Paru RS Persahabatan ini mengatakan, Ivermectin sejatinya obat yang terbuat dari tanaman jamur dan telah dikembangkan lebih dari 30 tahun untuk obat anti parasit.
Termasuk untuk obat cacing pada manusia atau hewan ternak atau peliharaan.
Dari beberapa penelitian dan ujicoba seperti dari Jepang dan beberapa negara, Ivermectin bisa berperan dalam pengobatan virus.
Baca juga: Ivermectin, Obat Cacing untuk Atasi Covid-19, Bagaimana Cara Kerjanya, Benarkah Ampuh? Ini Kata Ahli
"Jadi semua itu ada bukti ilmiahnya yang dituangkan dalam jurnal kesehatan. Ivermectin bisa menghambat replikasi virus. Virus itu kan seperti parasit yang tak bisa hidup di luar inangnya. Dengan meminum Ivermectin replikasi bisa dihambat di dalam sel tubuh manusia. Karena replikasi bisa dihambat, jumlah virusnya akan berkurang dan akan habis. Termasuk virus Covid-19,"ungkap Budhi.
Dari data dan penelitian yang dilakukan di luar negeri, efektifitas Ivermectin untuk menghambat duplikasi virus atau parasit di tubuh manusia sangat besar. Jurnal kesehatan menyebutkan Ivermectin diberikan ke pasien yang meminum selama 1 hingga 5 hari dengan dosisi terukur berdasarkan berat badan (200 mikrogram per 1kg berat badan), maka di hari ke 8 dan 10 dilakukan PCR test, maka minimal 80% pasien yang tadinya positif menjadi negatif.
"Memang di luar negeri sudah dilakukan penelitian. Penggunaan Ivermectin untuk terapi Covid-19 di Indonesia masih baru. Kementerian Kesehataan melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Badan Litbangkes) terus melakukan uji coba berbagai obat untuk terapi Covid-19. Termasuk Ivermectin,"ungkap Budhi.
Saat ini Indonesia mengalami serangan Covid-19 varian Delta yang memiliki karakteristik virus memiliki karakteristik duplikasi yang sangat cepat. Dokter di India menurut jurnal yang dibaca Budhi menyebutkan, Ivermectin mampu untuk menurunkan jumlah pasien positiv Covid-19.
Rentang keamanan Ivermectin itu sangat besar. Jika tidak aman, menurut Budhi Ivermectin tak akan mungkin dipakai lebih dari 30 tahun. Memang efek samping dari Ivermectin ada namun budi melihat sangat minor. Seperti nyeri ulu hati.