Resusitasi Jantung Paru atau RJP sebenarnya adalah peran dari semua orang.
Sebelum memakai defibrillator, setidaknya melakukan penyelamatan awal dengan mencari tempat yang lebih aman untuk merebahkan pasien, lalu mengecek respon sembari mencari bantuan paramedis.
Baca juga: Tentang Riwayat Penyakit Koes Hendratmo, Bonita: Sebelum Kena Covid, Ayah Ada Jantung dan Asma
Selanjutnya, cek sirkulasi nadi karotis dengan dua jari (meraba trakea) geser kanan dan kiri tekan selama lima detik.
Jika tidak terasa, maka harus melakukan RJP/CPR tiga puluh kali kompresi kecepatan 100-120 kali/menit.
Lokasi penekanan atau kompresi (CPR) dr. Muslim pada bagian dada sepertiga bawah sternum.
"Hal ini berguna untuk meresusitasi kerja jantung yang gagal sehingga oksigen bisa tetap mengalir," katanya.
Istilah lainnya adalah airway yakni membuka jalan napas atau udara dan proses hyperventilate atau memakai CRP Barrier (ambu).
Sehingga pasien atau korban selamat dari resiko kematian.
Pada masa pandemi ini, CPR tidak diperbolehkan melakukan proses airway atau hyperventilate, cukup hanya CPR tangan.
"Jangan lupa melindungi diri dengan masker baik penolong maupun korban," kata dr. Muslim.
Sementara jika menangani korban tersedak, dr. Muslim mengatakan penanganannya dengan menepuk punggung (back blow) dan abdominal thrust.
Bila korban tidak mampu batuk lebih kuat dan melakukan tindakan RJP lebih lanjut bila tidak sadar.
"Khusus untuk anak kecil dan bayi, masih boleh melakukan proses airway saat tinfakan penyelamatan," kata dr.Muslim.