TRIBUNNEWS.COM - Sunat pada anak laki-laki memiliki banyak manfaat kesehatan.
Antara lain mengurangi risiko infeksi, saluran kencing, termasuk fimosis (ujung kulup menutup), serta mengurangi risiko peradangan dan infeksi HIV.
Di Indonesia kebanyakan anak laki-laki disunat saat akan masuk sekolah dasar atau sekitar usia 6-7 tahun. Namun, sebenarnya sunat sudah boleh dilakukan sejak bayi.
"Dalam berbagai literatur bisa sejak bayi, ini lebih bagus," kata dokter spesialis bedah Asrul Muhadi, dalam acara webinar yang diadakan Ikatan Dokter Indonesia dan Rumah Sunat, seperti dikutip Kompas.com (22/11/2021).
Pada bayi, luka sirkumsisi akan lebih cepat pulih dan tidak menimbulkan trauma anak, khususnya jarum suntik untuk melakukan bius.
Baca juga: Perlukah Sunat pada Perempuan? Ini Penjelasan Dokter
Melakukan sunat sejak bayi juga dipilih dr. Reisa Broto Asmoro untuk buah hatinya karena alasan kesehatan.
"Karena saya bekerja jadi tidak bisa selalu ada di rumah untuk memastikan higienitas anak, jadi lebih baik di sunat sejak bayi," ujarnya.
Jika anak akan disunat di usia yang sudah cukup besar, menurut Reisa orangtua perlu mempersiapkan mental anak.
"Harus siap mental, anak dan keluarga, baik saat tindakan mau pun saat perawatan setelahnya. Persiapan mentalnya luar biasa, bahkan sunat bisa bikin anak traumatik," ujarnya.
Itu sebabnya orangtua bisa memilihkan metode sunat yang nyaman bagi anak dan lebih cepat proses pemulihan.
Metode sunat
Sunat sudah menjadi bagian dari tradisi umat manusia. Metodenya dari zaman ke zaman kian beragam.
Di era modern ini berkembang berbagai teknik sunat terbaru. Bagaimana memilih teknik yang aman dan nyaman untuk anak?
Sunat atau sirkumisi adalah tindakan medis untuk membuang sebagian atau seluruh kulup (prepusium) dengan tujuan tertentu.