IDAI mengajak orangtua dan masyarakat, serta nakes untuk memeriksa dan melengkapi imunisasi anak agar anak terlindungi dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti difteri, campak maupun rubela.
Untuk itu IDAI meluncurkan program Littleku (lengkapi imunisasi tidak lengkap anakku) sebagai upaya menginventaris dan mengenali anak yang terlambat atau tidak lengkap imunisasinya.
Saat ini cakupan imunisasi dasar pada anak mengalami penurunan, akibat pandemi Covid-19.
"Kalau imunisasi dasar turun di bawah 60 persen saja, penyakit yang tadinya terkendali bisa bermunculan lagi," kata Piprim.
Diharapkan pula melalui program Littleku dapat memberi gambaran rutin kepada IDAI terkait kemunculan penyakit seperti difteri, campak maupun rubela.
"Selain itu, banyak dokter yang khawatir dengan program imunisasi kejar atau diberikan kepada anak yang terlambat atau peserta imunisasi yang baru sadar setelah jadwal terlewat," imbuhnya.
Kementerian Kesehatan RI melaporkan cakupan imunisasi dasar lengkap secara nasional sampai dengan Oktober 2021, baru mencapai 56,5 persen dari target 78 persen populasi sasaran.
Adapun provinsi yang mendekati target tersebut adalah Bengkulu, Banten, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan dan Bangka Belitung.
Imunisasi dasar lengkap pada usia anak di antaranya Hepatitis B, BCG, Polio, DPT.
IDAI memandang imunisasi dasar dan lanjutan penting untuk menjaga imunitas anak dan melindungi anak saat beraktivitas seperti Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di sekolah.
Executive Director International Pediatric Association (IPA) Aman Bhakti Pulungan menambahkan, imunisasi rutin pada anak perlu diperioritaskan sebelum pemberian vaksin Covid-19.
"Kita mau imunisasi rutin didahulukan, baru nanti diimunisasi Covid-19," kata Aman.
Menurut Aman pernyataan itu akan disampaikan kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai bahan masukan yang perlu dipertimbangkan.
Mengabaikan imunisasi rutin pada anak berisiko memicu kejadian luar biasa (KLB) di masa depan.