- Nafas pendek
- Keringat dingin
Sayangnya hingga saat ini belum ada pengobatan yang pas untuk menghilangkan penyakit leukemia.
Pengobatan saat ini yang dapat dilakukan hanya untuk meminimalisir risiko penyakit yaitu memakai metode kemoterapi dan imunoterapi.
4. HIV-AIDS
HIV atau Human Immunodeficency Virus disebabkan oleh virus yang menyerang sel di mana sel tersebut adalah untuk mengobati tubuh saat terkena infeksi.
Akibat virus ini menyerang sel tersebut maka penderitanya akan mudah terkena penyakit dan infeksi.
Dilansir hiv.gov, HIV dapat disebarkan lewat kontak langsung dengan orang lain melalui cairan di dalam tubuh.
Biasanya penyakit ini tersebar melalui kegiatan seks tanpa kondom atau jarum suntik yang digunakan terus menerus.
Jika tidak segera ditangani maka virus HIV akan menyebabkan AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome).
Lalu gejala-gejala yang dialami penderita HIV yaitu:
- Demam
- Ruam
- Sakit pada otot
- Sakit tenggorokan
- Kelelahan
- Bengkak pada getah bening
- Mouth ulcers
Sayangnya penyakit ini juga belum memiliki obat yang manjur untuk menghilangkannya.
Cara yang paling mujarab untuk saat ini adalah meminimalisirnya dengan penyembuhan fungsional di mana jumlah HIV yang ada di tubuh penderita ditekan seminimal mungkin.
5. Demensia
Dibanding keempat penyakit sebelumnya, demensia tidak termasuk kategori berbahaya.
Demensia sendiri merupakan gejal dari ketidakmampan untuk mengingat, berpikir atau membuat sebuah keputusan terkait aktivitas sehari-hari.
Dikutip dari cdc.gov, penderita penyakit demensia kebanyakan berumur 65 tahun ke atas.
Terdapat beberapa gejala yang dirasakan oleh penderita demensia antara lain melemahnya otot dan tulang, berkurangnya fungsi nadi, dan berubahnya kemampuan memori.
Hingga saat ini, belum ada pengobatan untuk menghilangkan demensia pada seseorang.
Namun terdapat beberapa metode untuk meminimalisirnya seperti olahraga rutin, mengkonsumsi makanan sehat, serta bersosialisasi.
Selain itu jika demensia sudah sampai pada level akut maka dapat melakukan terapi seperti terapi stimulasi kognitif dan terapi okupasi.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)
Artikel lain terkait Kesehatan