Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Erupsi gunung Semeru berdampak pada kesehatan.
Salah satunya adalah banyaknya korban yang mengalami luka kabar.
Dari pandangan medis, luka bakar memiliki penanganan khusus dalam hal perawatan.
Dokter Spesialis Kulit & Kelamin, dr. Arini Widodo, SpKk menjelaskan, luka bakar dapat disebabkan oleh api, cairan atau uap panas, kontak dengan benda atau zat panas seperti minyak atau tar, bahan kimia, atau listrik.
"Saat mengevaluasi luka bakar, dokter melihat dua faktor yakni berapa dalam luka bakar dan ukuran luka bakar yang diukur dengan persen total luas permukaan tubuh," papar Dokter Arini saat dikonfirmasi Tribunnews.com, Senin (6/12/2021).
Ia menambahkan, kedalaman luka bakar tergantung pada seberapa panas dan berapa lama area yang terbakar bersentuhan dan seberapa tebal kulit di area tersebut.
Baca juga: BSI Kirimkan Relawan Medis ke Lokasi Terdampak Erupsi Semeru
"Penting untuk memperkirakan kedalaman luka bakar untuk menilai tingkat keparahannya dan untuk merencanakan perawatan yang akan dilakuakan," imbuh dosen UKRIDA ini.
Adapun tiga jenis luka bakar tersebut adalah
1. Luka bakar derajat pertama.
Hal ini mempengaruhi lapisan atas kulit, yang disebut epidermis.
Luka bakar ini menyebabkan kerusakan ringan pada kulit. Kulit mungkin merah dan lunak atau bengkak. Contohnya adalah sengatan matahari ringan yang merubah kulit menjadi merah dan mungkin mengelupas.
"Luka bakar tingkat pertama umumnya dapat diobati di rumah. Merah, Nyeri, Tidak adanya lepuh, terbakar sinar matahari," kata dia.
2. Luka bakar derajat dua.