News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ketersediaan Mata Air dan Air Tanah Terus Berkurang

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Plt Direktur Jenderal Pencegahan, Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan (P2P) Kemenkes, Maxi Rein Rondonuwu.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia menargetkan 100 persen akses air minum layak dan 15 persen akses air minum aman di Tahun 2020-2024.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS mengatakan, keberadaan mata air dan air tanah pada saat ini terus berkurang.

Pemakaian air tanah juga sudah harus mulai dibatasi atau bahkan dihentikan sehubungan dengan masalah penurunan muka tanah.

Namun, permasalahan air tidak hanya dari sisi kuantitas tapi juga dari sisi kualitas air yang banyak diakibatkan oleh pencemaran lingkungan.

Salah satunya berkaitan dengan layanan akses sanitasi yang belum layak dan perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS).

Baca juga: Warga Tulungagung Jatuh ke Sungai Brantas Sedalam 10 Meter Lalu Tergulung Pusaran Air

“Hal ini perlu menjadi perhatian perilaku higiene sanitasi perlu kita pastikan keberlanjutannya untuk budaya hidup bersih dan sehat,” katanya pada Webinar Hari Air Sedunia tahun 2022 di Jakarta, Selasa (22/3).

Studi Kualitas Air Minum Rumah Tangga (SKAMRT) Tahun 2020 menyatakan bahwa akses kualitas air minum aman sebesar 11,9 persen, dan 40,8 persen masyarakat yang menggunakan sarana air minum bersumber dari air tanah (selain sarana air minum perpipaan dan depot air minum).

Selain itu sebanyak 14,8 persen rumah tangga di Indonesia menggunakan sumur gali untuk keperluan minum dengan tingkat risiko cemaran tinggi dan amat tinggi.

“Sebagian besar hasil penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa kualitas air yang buruk mencakup sumber air minum unimproved berkaitan dengan peningkatan stunting pada balita. Hal ini terjadi karena air mengandung mikroorganisme patogen dan bahan kimia lainnya yang menyebabkan anak mengalami penyakit diare yang menyebabkan EED (environmental enteric dysfunction),” ucap dr. Maxi.

Tindaklanjut pelaksanaan SKAMRT adalah dilakukan survailans kualitas air minum rumah tangga pada 34 provinsi di 34 kabupaten/kota. Tujuannya untuk menilai secara keberlanjutan dari upaya minimalisasi kejadian penyakit berbasis lingkungan.

Ia mengimbau masyarakat untuk bijak menggunakan air tanah dan menjaga kualitasnya dengan menghentikan praktik BABS terbuka dan terselubung.

“Jaga dan sediakan akses air minum yang berkualitas sampai dengan point of use baik di rumah tangga maupun seluruh sasaran Tempat Fasilitas Umum, Tempat Kerja, Tempat Pariwisata serta lokasi strategis lainnya,” tutur dr. Maxi.

Jaga Kualitas Air Minum Aman

Kementerian Kesehatan menginisiasi peringatan Hari Air Sedunia tahun 2022 dengan tema Groundwater–Make The Invisible Visible dengan mengangkat sub tema “Menjaga Kualitas Air Minum Aman Yang Berkelanjutan”.

Momentum penting ini bertujuan untuk mengingatkan dan mengangkat kepedulian dalam menjaga dan menyediakan akses air yang berkualitas.

Dr. Maxi mengajak seluruh komponen pemuda dan masyarakat bergerak untuk berkontribusi dalam memastikan kualitas, kuantitas, kontinuitas dan keterjangkauan air minum yang akan dikonsumsi untuk memastikan air minum aman.

“Mengajak seluruh jajaran pemerintah daerah untuk mendorong penyediaan air yang aman melalui peningkatan pengawasan, memastikan penerapan manajemen risiko setiap proses penyediaan air minum serta peningkatan edukasi bagi masyarakat untuk memastikan kualitas air minum yang aman sebelum didistribukan dan konsumsi,” tuturnya
 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini