News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

STPI Edukasi Masyarakat soal TBC lewat Kampanye #141CekTBC, Jangan Sampai Percaya Mitos!

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi mengungkap kebenaran.

TRIBUNNEWS.COM - Tuberkulosis (TBC) merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan kematian terbanyak di Indonesia. Sayangnya, masih banyak stigma serta mitos soal penyakit ini.

TBC adalah penyakit menular akibat infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang umumnya menyerang paru-paru. Data WHO mencatat Indonesia merupakan negara di urutan ketiga dengan pasien TBC paling banyak, di mana setiap tahunnya bisa mencapai 824.000 pasien.

Bahkan, yang terkini menurut laporan Kompas, Pemerintah Jakarta Selatan mencatat sebanyak 5.200 kasus TBC sejak Januari hingga awal Maret 2022.

Kesadaran masyarakat untuk lakukan pemeriksaan awal gejala aktif TBC pun masih minim. Terlebih lagi di tengah pandemi Covid-19 seperti sekarang.

Stigma dan mitos TBC yang masih berkembang di masyarakat

Banyak orang enggan mendatangi pelayanan kesehatan terdekat karena gejala yang timbul antara TBC dan Covid-19 cukup mirip. Seperti batuk, yang tidak selalu karena infeksi virus Covid-19, melainkan bisa juga karena infeksi bakteri TBC.

Hal ini diperparah dengan stigma yang sudah meluas di kalangan masyarakat Indonesia soal TBC. Mulai dari stigma bahwa TBC penyakit turunan, penyakit kelas ekonomi bawah, sampai mitos tentang TBC sebagai penyakit guna-guna.

Mengutip Halodoc, TBC bukanlah penyakit turunan meski kerap terjadi pada beberapa anggota keluarga sekaligus. Yang membuat beberapa anggota keluarga sekaligus terkena TBC adalah karena penyakit ini termasuk kategori yang mudah menular.

Penularan bakteri TBC sangat mudah melalui droplet, terutama pada mereka yang memiliki daya tahan tubuh lemah. Dengan begitu, orang yang tinggal dekat atau serumah bisa dengan mudah tertular TBC.

Selain itu, TBC juga dapat menyerang siapa saja tanpa pandang kelas sosial. Orang dengan sosial ekonomi menengah ke atas juga bisa terkena TBC.

Perbedaan gejala TBC dan Covid-19

Edukasi TBC di tengah pandemi Covid-19 sangatlah penting, terlebih TBC dan Covid-19 punya beberapa gejala yang sama.

Melansir dari situs covid19.go.id, ada perbedaan dari orang dengan TBC dan Covid-19. Pada orang dengan TBC, seseorang mengalami gejala batuk berdahak disertai bercak darah sampai dengan 14 hari atau lebih dan demam , sesak napas, berat badan menurun, serta berkeringat di malam hari.

Sementara untuk proses diagnosisnya, TBC dan Covid-19 memang punya kesamaan dengan penggunaan metode Tes Cepat Molekuler (TCM) dan Polymerase Chain Reaction (PCR). Yang membedakan adalah pengambilan sampel, karena TBC hanya mengambil dahaknya saja.

Dengan penjelasan di atas, masyarakat seharusnya tidak perlu khawatir dengan stigma ‘positif TBC’ saat pergi ke fasilitas kesehatan karena mengalami gejala-gejala awal, terlebih seperti gejala batuk berdahak sampai 14 hari atau lebih. Melakukan pengobatan lebih dini tentu lebih baik ketimbang sudah terlambat.

Perlu diingat juga bahwa TBC bisa sembuh total, asal sudah mendapatkan pemeriksaan yang tepat dan menyeluruh. Pengobatan juga harus dilakukan sesuai arahan dan anjuran dari dokter serta disiplin dalam konsumsi obat-obatan sampai tuntas.

Singkirkan mitos dan stigma dengan Kampanye #141CekTBC

Ilustrasi skrining TBC dengan rontgen dada. (Freepik)

Untuk mengedukasi masyarakat terkait TBC sekaligus langkah preventif untuk mencegah penularan TBC di masyarakat, Stop TB Partnership Indonesia (STPI) menggelar kampanye komunikasi digital #141CekTBC yang selaras dengan program Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bertajuk #TOSSTBC (Temukan Tuberkulosis Obati Sampai Sembuh).

Kampanye digital #141CekTBC ini dilakukan dengan tujuan menyingkirkan segala hambatan edukasi mengenai TBC.

Masyarakat akan mendapat informasi lengkap soal TBC dengan mengunjungi situs https://141.stoptbindonesia.org untuk mencari informasi lengkap soal TBC. Mulai dari cara mencegah penularan TBC sampai cara mendapatkan pemeriksaan yang tepat untuk gejala TBC.

Terdapat beberapa fitur yang ada di dalam situs tersebut. Salah satunya adalah fitur chatbot 141CekTBC. Dengan fitur Chatbot 141CekTBC, masyarakat juga bisa mengetahui lokasi fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan pemeriksaan yang tepat.

Lebih jauh lagi, masyarakat juga bisa terhubung langsung oleh dokter melalui Halodoc serta komunitas TBC terdekat untuk bisa berkonsultasi.

Di samping mengunjungi situs tersebut, masyarakat bisa dengan mudah menggunakan fitur Chatbot 141CekTBC ini dengan chat Whatsapp di nomor +628119961141.

Dengan berbagai kemudahan ini, diharapkan masyarakat bisa lebih mengetahui dan menyingkirkan mitos serta  stigma ketika mengalami gejala-gejala TBC dan bersedia datang ke fasilitas kesehatan untuk skrining gejala aktif TBC agar  mendapatkan pemeriksaan secara menyeluruh.

Satu hal yang fundamental dari kampanye komunikasi digital #141CekTBC ini adalah semangat untuk membantu masyarakat Indonesia mempunyai taraf kehidupan yang lebih sehat dan lebih baik daripada sebelumnya.

Untuk informasi lebih lanjut, bisa mengunjungi situs https://141.stoptbindonesia.org atau https://tbindonesia.or.id, atau mengunjungi akun Twitter @tbc.indonesia, Facebook TB Indonesia, dan Instagram @tbc.indonesia.

14 Hari Batuk Tak Reda? 1 Solusi, Cek Dokter Segera!

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini