*Bisa Saja Hanya Epidemi
*DPR Minta Pemerintah Gerak Cepat
TRIBUNNEWSCOM, JAKARTA - Kasus Hepatitis misterius yang belakangan marak menurut pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman menyebutkan tidak bisa terburu-buru menyimpulkan penyebabnya.
Untuk mengambil kesimpulan apa yang menjadi penyebab dan mekanisme penyebaran, membutuhkan data yang memadai.
Karena itu menurut dia terlalu cepat apabila dikatakan hepatitis misterius ini bakal bisa menjadi pandemi.
Baca juga: Pemerintah Akui Sudah Ada 15 Kasus Hepatitis Akut di Indonesia
"Bahwa adanya kasus seperti ini, apakah bisa menjadi pandemi baru, rasanya menurut saya, melihat data yang ada, tren yang ada masih jauh akan menyebabkan pandemi," ujar Dicky, Senin (9/5/2022).
Namun situasi ini menurut Dicky bisa saja menyebabkan epidemi. Oleh karena itu harus cepat dicari tahu apa yang menjadi penyebabnya.
Sekali lagi yang paling penting sekali adalah merespon dengan upaya pencegahan. Pencegahan ini bisa dimulai dan selalu disampaikan pada publik.
Baca juga: NEWS HIGHLIGHT: Anak di Jatim Meninggal Diduga Karena Hepatitis Akut, Kemenkes Lakukan Pemeriksaan
"Personal higiene, sanitasi, kebersihan makanan dan minuman, maupun bagaimana menjaga 5M, kedisiplinan yang harus kita lakukan. Selain itu gencarkan pada publik literasi pencegahan ini," pungkasnya.
Partai NasDem mengingatkan pemerintah untuk bertindak cepat dalam merespons persoalan hepatitis akut yang masih misterius penyebabnya hingga saat ini.
Tentunya, respons cepat ini untuk memberi ketenangan kepada masyarakat dan menjadi tindakan preventif atas keberadaan penyakit ini.
Ketua DPP Bidang Kesehatan Partai NasDem Okky Asokawati mengatakan sebaiknya pemerintah segera bergerak cepat untuk merespons persoalan penyakit hepatitis akut yang terjadi di Indonesia.
Baca juga: Anak di Jatim Meninggal Diduga Karena Hepatitis Akut, Kemenkes Lakukan Pemeriksaan
"Salah satu respons cepat itu, komunikasi publik pemerintah dalam menanggapi Hepatitis akut ini harus satu narasi yang solid, sistemik dan terukur, mulai dari pemerintah pusat hingga pemerintah daerah," kata Okky.
Selain persoalan komunikasi, Okky menyebutkan, sembari menunggu perkembangan terkini mengenai Hepatitis akut di Indonesia, langkah edukasi yang sifatnya preventif dapat ditingkatkan dengan menggandeng berbagai stakeholder di masyarakat.
"Pemerintah harus segera melakukan konsolidasi dengan melibatkan dokter spesialis anak, dokter spesialis penyakit dalam serta unit pendidikan dari tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga SLTA dengan melibatkan Kementerian Pendidikan Nasional untuk meningkatkan aspek pencegahan," kata okky.
Di bagian lain, anggota Komisi Kesehatan DPR RI dua periode ini menyebutkan pemerintah dapat belajar dalam penanganan Covid-19 pada tahun 2020 lalu, agar lebih mengedepankan aspek preventif dalam merespons keberadaan Hepatitis Akut.
"Temuan kasus Hepatitis akut di sejumlah negara termasuk dugaan yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia harus dijadikan bahan dalam merumuskan kebijakan publik di bidang kesehatan," ucap Okky.
Ia mengingatkan pemerintah harus belajar dari dinamika dalam perumusan kebijakan saat merespons pandemi Covid-19 lalu. Menurutnya, sikap preventif jauh lebih baik dilakukan untuk mengurangi ekses ekstrem yang muncul.
"Sikap preventif dan terukur harus dikedepankan sembari memberi informasi yang tepat ke publik. Ketenangan publik juga menjadi aspek penting dalam merespons keadaan saat ini," pungkas Okky.
Kasus Hepatitis
Beredar kabar terkait meninggalnya anak perempuan di Tulungagung, Jawa Timur pada Sabtu (7/5). Anak perempuan ini diduga mengalami Hepatitis misterius, yang sampai saat ini masih belum diketahui penyebab dan bersumber dari mana.
Terkait hal ini, Juru bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) Nadia Tarmizi menyebutkan jika sejauh ini belum ada penambahan kasus baru dari Hepatitis misterius ini.
"Penambahan kasus belum ada ya," ujarnya.
Di sisi lain, ia pun menyebutkan jika terkait kasus anak perempuan di Tulungagung, Jawa Timur yang meninggal masih dalam proses pemeriksaan laboratorium.
"Masih proses pemeriksaan laboratorium," katanya.
Sebelumnya, di Indonesia telah ada tiga pasien anak dirawat di RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo Jakarta dengan dugaan Hepatitis Akut.
Belum diketahui penyebabnya, tapi ketiga pasien anak tersebut meninggal dunia. Peristiwa ini terjadi dalam kurun waktu yang berbeda dengan rentang dua minggu terakhir hingga 30 April 2022.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) sendiri telah menyatakan fenomena ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) pada kasus Hepatitis Akut yang menyerang anak-anak di Eropa, Amerika dan Asia.(Tribun Network/ais/fit/kps/wly)