"Secara hipotetis, penularan virus meningkat dari tingkat penularan yang sebelumnya rendah, ketika secara kebetulan memasuki populasi yang saat ini meningkatkan penularan," kata Heymann.
Ia menekankan hal itu adalah salah satu dari banyak hipotesis yang tentunya membutuhkan studi lebih lanjut sebelum mendapatkan kesimpulan.
Studi genetik pada virus Monkeypox yang diambil dari orang-orang yang terkena wabah ini menunjukkan kemiripan yang dekat dengan virus yang mencapai Inggris, Israel dan Singapura dari Afrika pada 2018 hingga 2019.
Mereka juga membawa mutasi yang mungkin muncul saat virus kemudian beredar pada tingkat rendah.
Sementara kasus resmi pertama di Inggris pada 2022 ini tiba dari Nigeria pada 4 Mei lalu.
Lalu pada 14 Mei 2022, Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) merilis gambar Monkeypox dan dokter di klinik kesehatan seksual pun menyadari bahwa beberapa pasien mereka kemungkinan mengidap penyakit tersebut.
Para pasien memang telah dites negatif untuk infeksi umum, namun dokter mencurigai suatu kondisi yang disebut infeksi gonokokal diseminata, sebelum pasien dinyatakan positif Monkeypox.
"Ini mungkin virus yang telah beredar cukup lama tanpa terdeteksi. Mereka semua memiliki nenek moyang yang sama dan nenek moyang yang sama itu mungkin berasal dari 2019, meskipun terlalu dini untuk menentukan akurasi apapun," kata Ahli Virologi di University of Leuven di Belgia, Prof Marc Van Ranst.
Belum jelas apakah mutasi yang terlihat pada virus membuat jenis ini lebih menular pada manusia, namun para Ilmuwan menunjukkan bahwa virus telah berevolusi saat menginfeksi manusia.
"Kami memahami bahwa infeksi kronis bukanlah skenario yang masuk akal, dan itu berarti ada rantai penularan yang tampaknya tidak diketahui," jelas Van Ranst.
Pandemi virus corona (Covid-19) kemungkinan memiliki peranan, karena orang-orang memiliki lebih sedikit kontak dengan dokter umum dan layanan kesehatan lainnya selama masa krisis ini.
Saat ditanya apakah wabah itu mungkin tidak terungkap jika klinik kesehatan seksual tidak disiagakan oleh kasus pertama di Inggris, Van Ranst mengatakan bahwa 'dugaan ini sangat mungkin'.
Sementara itu seorang Ahli Virologi dan Penasehat Pemerintah Nigeria, Prof Oyewale Tomori menyampaikan bahwa diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami apa yang sedang terjadi.
"Mungkin itu menyebar secara diam-diam di dalam komunitas sampai kami mengalami gejolak ini, menyusul beberapa perubahan perilaku yang telah kami lihat. Antara 2019 hingga 2020, jika ada orang yang mengalami ruam di bagian Eropa manapun, anda tidak akan mengira bahwa itu adalah Monkeypox, yang anda pikirkan adalah penyakit lain yang menyebabkan ruam," ujarnya.
"Jika sistem melewatkan satu kasus itu, tentu saja itu menjadi peluang bagi virus tersebut menyebar dari satu orang ke orang lain. Saya pikir amplifikasi datang di mana anda memiliki banyak orang berkumpul dengan kontak yang sangat erat," pungkas Prof Tomori.