TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman menyebutkan bahwa Mongkeypox bisa menular lewat kontak erat fisik.
Begitu juga lewat perilaku seksual aktif.
"Kluster ini ada atau terjadi pada kelompok yang kebetulan memiliki karakter erat kontak fisik, dan aktif secara seksual," ungkapnya pada Tribunnews, Rabu (1/6/2022).
Baca juga: Laporan Terbaru WHO: Penyakit Cacar Monyet Menyerang 30 Negara dengan 550 Kasus
Baca juga: Kembali Terdeteksi, Inggris Tambah 11 Kasus Monkeypox, Totalnya Jadi 190
Namun ia pun menegaskan bahwa penyakit tidak semata-mata dikaitkan hanya lewat aktivitas seksual saja.
Atau mengarah kelompok tertentu. Tapi memang kluster ini memiliki potensi penyebaran. Bisa untuk berbagai negara termasuk Indonesia.
Oleh karena itu, yang perlu direspon oleh setiap negara termasuk Indonesia adalah melakukan survelens. Dan juga deteksi dini, dan literasi komunikasi risiko yang harus ditingkatkan.
Sehingga masyarakat paham kapan harus diperiksakan. Terutama ketika ada lesi berisi cairan. Ditambah pembesaran kelenjar getah bening.
Baca juga: Kemenkes Tingkatkan Deteksi Dini Penyakit Kardioserebrovaskular Mulai dari Sekolah
Ditambah ketika mereka pernah melakukan kontak erat dengan orang lain.
Jika mengalami situasi ini, harus segera kontak tenaga kesehatan dan menyampaikan kasus kontak erat.
"Dan sekali lagi, ini tidak menjadi pandemik. Tapi menjadi epidemi tentu ada. Dan kenapa jadi outbreak? Karena trend penyebaran tidak biasa. Yang tadinya endemik keluar dari wilayah itu," papar Dicky lagi.
Hal ini yang menjadi dasar kenapa ditetap sebagi outbreak atau kejadian luar biasa oleh Badan Kesehatan Dunia atau WHO.