News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Penyakit Cacar Monyet

Penyebab Cacar Monyet atau Monkeypox, Dapat Menular dari Hewan ke Manusia

Penulis: Faisal Mohay
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Roche mengklaim berhasil menemukan alat tes Polymerase Chain Reaction (PCR) yang dapat mendeteksi penyakit cacar monyet (Monkeypox), saat virus itu menyebar ke luar dari negara endemik.

TRIBUNNEWS.COM - Penyakit cacar monyet atau monkeypox dapat menular dari hewan ke hewan dan dari hewan ke manusia.

Penyebab penyakit cacar monyet berasal dari virus zoonosis atau virus yang ditularkan dari hewan ke manusia yang dapat sembuh sendiri.

Hingga saat ini belum ditemukan kasus cacar monyet atau monkeypox di Indonesia.

Namun Kementerian Kesehatan RI telah meminta seluruh jajarannya untuk mewaspadai penyakit ini.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH menjelaskan karakteristik dari penyakit cacar monyet atau monkeypox.

Menurutnya penularan penyakit cacar monyet dari hewan ke manusia dapat melalui dua cara.

Baca juga: Apakah Kasus Cacar Monyet Berbahaya? Sudah Terdeteksi 3.200 Kasus di 48 Negara, Indonesia Belum Ada

Cara pertama yaitu kontak langsung antara hewan dan manusia.

Dan cara kedua melalui cairan tubuh terutama bagian tubuh yang ada cacar seperti di sekitar muka atau tubuh hewan.

Kementerian Kesehatan Nasional Argentina mengkonfirmasi munculnya kasus cacar monyet pertama tanpa riwayat perjalanan di Argentina pada 9 Juni 2022. Penjelasan cacar monyet dan cara penularannya (medical xpress)

Sedangkan penularan penyakit cacar monyet dari manusia ke manusia dapat melalui udara, cairan tubuh atau cacar yang ada di muka, mulut, tangan maupun di badan.

Selain itu penyakit ini dapat menular melalui daging hewan yang terkena cacar monyet dan tidak dimasak matang.

"Kalau kontak langsung juga ada melalui saluran napas atau terjadi droplet."

“Ini juga bisa menjadi sumber penularan dan juga ada penularan dari ibu ke bayi melalui transmisi atau plasentanya,” imbuh dr. Syahril dikutip Tribunnews dari sehatnegeriku.kemkes.go.id.

Baca juga: Penelitian Tunjukan Mutasi Virus Cacar Monyet Lebih Menular

Cacar monyet atau monkeypox dapat menyebabkan gejala mirip flu dan disertai munculnya lesi kulit.

Penyakit ini dapat sembuh sendiri setelah melewati masa inkubasinya.

Masa inkubasi cacar monyet 5 sampai 13 hari atau 5 sampai 21 hari.

Ada dua periode, pertama masa invasi, terjadi 0 sampai 5 hari terjadi demam tinggi, sakit kepala yang berat, dan ada benjolan atau pembesaran kelenjar limfa di leher, kemudian diketiak, atau selangkangan.

Kedua, masa erupsi, terjadi 1 sampai 3 hari pasca demam, terjadi ruam pada kulit, ruam pada wajah, telapak tangan, kaki, mukosa, alat kelamin, dan selaput lendir mata.

Baca juga: WHO: Cacar Monyet Bukan Darurat Kesehatan Global, tapi Harus Terus Dipantau

“Cacar monyet ini bisa sembuh sendiri setelah 2-4 minggu pasca masa inkubasinya selesai."

"Penyakit ini akan sembuh sendiri tidak terlalu berat. Dari negara-negara yang melaporkan kasus monkeypox hanya sekitar 10 persen pasien dirawat di rumah sakit,” ungkap dr. Syahril.

Hingga saat ini belum ada kasus kematian yang disebabkan oleh monkeypox di negara-negara yang sudah melaporkan.

Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) itu menunjukkan lesi kulit yang khas dari infeksi cacar monyet (Monkeypox).  Penjelasan cacar monyet dan cara penularannya (UKHSA)

Seperti diberitakan Tribunnews sebelumnya, virus penyebab monkeypox atau cacar monyet di negara nonedemik ternyata berbeda dari negara asalnya yakni beberapa negara di Afrika.

Virus penyebab cacar monyet sekarang sudah bermutasi dan lebih mudah menular.

"Diperkirakan kalau ada tiga kasus saja maka akan terjadi penularan ke 18 kasus, kalau 30 kasus maka akan menjadi 118 orang dan seterusnya," jelas kata pakar kesehatan dari FKUI Prof Tjandra Yoga Aditama.

Namun jika dilakukan dengan baik proses identifikasi, penelusuran kontak, isolasi surveilans dan vaksinasi sekitar ring vaccination maka jumlah kasus sekunder akan turun.

"Turunnya bisa sampai 81 persen," imbuh Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara.

(Tribunnews.com/Mohay/Rina Ayu)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini