Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ibu hamil kerap menghadapi banyak risiko yang muncul akibat kebiasaan buruk maupun sederet faktor pendukung selama menjalani masa kehamilan.
Satu di antara sederet risiko yang dapat dialami ibu hamil adalah memiliki anak yang lahir dengan kelainan bawaan bibir sumbing (cleft palate).
Lalu apa itu bibir sumbing?
Kondisi ini merupakan kelainan bawaan yang ditandai dengan munculnya celah pada bibir.
Baca juga: Bantu Anak-Anak Penderita Bibir Sumbing, Perusahaan Ini Salurkan Biaya Operasi Senilai 400 Juta
Kemunculan celah ini bervariasi, bisa saja muncul di bagian kiri, kanan maupun tengah bibir.
Perlu diketahui, munculnya kelainan bawaan bibir sumbing kerap disertai pula dengan munculnya celah pada langit-langit mulut (langit-langit sumbing).
Spesialis Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik, Dr dr Aditya Wardhana, Sp.BP-RE(K) menyampaikan data epidemiologi terkait kondisi kelainan bawaan ini secara global.
"Epidemiologinya, kalau dari global itu kejadiannya 1 per 700, dan prevalensinya antara 7,94 sampai 9,92 per 10.000 kelahiran," ujar Dr Aditya Wardhana, dalam webinar Rumah Sakit Sentra Medika Cibinong bertajuk 'Mengenal Tatalaksana Celah Bibir dan Langit-langit', Sabtu (6/8/2022).
Ia menjelaskan bahwa munculnya kelainan bawaan seperti bibir sumbing pada bayi baru lahir dapat disebabkan adanya interaksi berbagai faktor (multifaktorial).
Mulai dari adanya faktor riwayat keluarga (genetik), ibu yang mengalami infeksi selama masa kehamilan, kelainan sindromik hingga teratogenik.
"Penyebabnya itu multifaktorial, meskipun sampai sekarang masih dalam penelitian, tapi yang ditemukan ini berdasarkan anamnesa atau data epidemiologi, ada riwayat penyakit keluarga, infeksi masa kehamilan, kelainan sindromik, teratogen itu bahan-bahan yang toxic," jelas Dr Aditya.
Kondisi kelainan bawaan ini, kata dia, berisiko lebih besar dialami oleh ibu hamil yang memiliki usia di atas 30 tahun dan berasal dari ras Asia.
"Kebanyakan sih memang di ras Asia, kehamilan yang lebih dari 30 tahun (usia) ibunya," papar Dr Aditya.
Saat ini banyak pihak yang semakin tergerak untuk membantu meringankan beban para orangtua yang memiliki anak dengan kelainan bawaan bibir sumbing.
Karena tidak semua orang tua memiliki finansial yang cukup untuk memberikan pengobatan terkait kondisi ini pada anaknya.
Salah satu pihak yang tergerak untuk memberikan bantuan terhadap para anak dengan kelainan bawaan bibir sumbing ini adalah yayasan Let's Share Indonesia.
Residen Bedah sekaligus Founder Let's Share Indonesia, dr Rininta Christabella mengatakan bahwa ada sederet faktor yang dapat mendorong terhambatnya perkembangan janin saat berada dalam kandungan.
Baca juga: Operasi Bibir Sumbing Cegah Gangguan Psikologis Pada Anak, Pada Usia Berapa Dilakukan?
Sehingga sebagian bayi terlahir dengan kondisi kelainan bawaan.
Mulai dari faktor genetik hingga konsumsi obat tertentu selama masa kehamilan.
"Seperti yang diketahui secara global, celah bibir sumbing pada umumnya itu bersifat genetik. Kemudian ada penelitian yang mengatakan memang ada kekurangan asam folat, tetapi hal ini masih diteliti secara lebih lanjut. Mungkin kebiasaan ibu merokok, gizi buruk selama kehamilan dan mungkin efek samping obat," jelas dr Bella.
dr Bella menuturkan, sebagian pasien menyebutkan salah satu dari faktor tersebut saat ditanya (anamnesa) lebih lanjut terkait riwayat maupun apa yang dikonsumsi sang ibu saat hamil.
"Tapi dari anamnesa yang kami dapat, dari beberapa pasien memang terdapat salah satu dari yang saya sebutkan tadi, baik yang direct yang dia sebutkan, atau ketika bertanya anamnesa lebih dalam," papar dr Bella.
Melihat banyaknya anak yang memiliki kelainan bawaan sejak lahir seperti bibir sumbing, ia turut tergerak membantu mereka.
"Let's Share Indonesia membantu memfasilitasi anak-anak cacat sejak lahir, nggak cuma bibir sumbing, jadi kayak Atresia Ani, Atresia Esofagus, dan kelainan jantung bawaan," jelas dr Bella.
dr Bella menjelaskan bahwa sejak awal yayasannya berdiri, dirinya memang telah bekerja sama dengan Dr Aditya untuk fokus membantu pasien yang tidak memiliki jaminan kesehatan agar mereka tetap bisa mendapatkan perawatan yang komprehensif.
"Kebetulan saya bekerja sama dari awalnya Let's Share bersama Dokter Aditya Wardhana Spesialis Bedah Plastik membantu anak-anak yang kurang beruntung ini untuk mendapatkan comprehensive treatment jika mereka tidak memiliki jaminan kesehatan," tutur dr Bella.
Menurutnya, yayasannya itu semacam dana emergency bagi anak dengan kelainan bawaan yang berasal dari kalangan kurang mampu secara finansial.
Karena pihaknya akan menyediakan bantuan berupa kebutuhan bayi hingga fasilitas seperti operasi, transportasi serta tempat tinggal sementara bagi pasien yang berasal dari daerah lain yang hendak menjalani pengobatan di Jakarta.
Yayasannya itu, menurutnya, tidak hanya memenuhi kebutuhan untuk pembiayaan rumah sakit saja, namun juga kebutuhan seperti popok, susu, transport dan rumah tinggal atau rumah singgah.
Terkait rumah singgah yang ditawarkan yayasan ini berada di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
"Kita punya Let's Share Home untuk pasien itu bisa berobat di Jakarta. Jadi Let's Share seperti dana emergency, baik operasi maupun transportasi dan tempat tinggal selama treatment di Jakarta," kata dr Bella.
dr Bella mengaku mendirikan yayasan ini bersama entrepreneur Dita Soedarjo pada 2015 lalu.
Saat itu, yang menjadi fokus utama yayasan ini adalah pemberian edukasi terhadap kelompok anak dan kaum wanita.
Namun karena dirinya memiliki latar belakang pendidikan dan profesi sebagai dokter, maka ia pun turut fokus pada bidang pelayanan kesehatan (healthcare).
"Berawal dari 2015, saya dengan Dita Soedarjo membangun yayasan Berbagi Kasih Indonesia (Let's Share Indonesia) ini, awalnya kami berfokus pada edukasi anak dan wanita. Kemudian karena saya juga dokter, saya juga tersentuh untuk lebih membangun ke arah healthcare," jelas dr Bella.
Dalam pengoperasian yayasannya itu, pihaknya turut bekerja sama dengan berbagai fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) seperti rumah sakit.
"Kami juga bekerja sama dengan dinas kesehatan Kabupaten Bekasi, Rumah Sakit Bina Estetika, Hermina, dan juga Rumah Sakit di Bali (yakni) Royal Bros, dan kebetulan dengan Dokter Aditya Wardhana untuk pasien-pasien luka bakar dan juga bibir sumbing di RSCM maupun di Hermina dan di Rumah Sakit Cempaka Putih," tutur dr Bella.
Bantuan yang diberikan oleh Let's Share ini, kata dr Bella, tidak hanya terhenti saat pasien selesai menjalani pengobatan saja.
Karena pihaknya akan terus melakukan pemantauan terkait apakah pasien masih membutuhkan dukungan hingga mereka memiliki jaminan kesehatan sendiri.
"Kami juga memantau apakah pasien itu masih membutuhkan support, jadi ketika pasien sudah masuk ke Let's Share, kami tetap memiliki perjanjian bahwa pasien setelah pengobatannya selesai, mereka harus memiliki jaminan kesehatan. Jadi kami hanya bersifat dana emergency," kata dr Bella.
Dirinya memastikan bahwa setiap pasien yang telah tergabung dalam Let's Share Indonesia telah menandatangani perjanjian untuk pembukaan diagnosa dan nama pasien.
Sehingga yayasan ini memiliki informasi mengenai pasien dan keluarganya.
"Jadi kami tidak hanya memfasilitasi pembiayaan pasien tersebut, kami juga memfollow up apa yang diperlukan lebih jauh. Misalkan tidak dapat membeli susu, perlu transport," jelas dr. Bella.
Terkait pemberian bantuan kebutuhan bayi, ia mengaku secara rutin memberikan susu setiap bulan ke beberapa rumah sakit.
"Dengan RSCM juga kami memberikan susu setiap bulannya, dengan Rumah Sakit Hermina sama," pungkas dr Bella.