TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Merawat luka memang perlu ketelatenan. Karena jika salah rawat maka akibatnya fatal.
Nah, kini ada alat karya anak bangsa yang dikembangkan berdasarkan prinsip ekonomis (baik secara finansial maupun waktu perawatan.
Mesin Perawatan Luka Karya Anak Bangsa ini diciptakan dr. Meirizal Hasan, Sp.OT (K) (Dokter Spesialis Orthopaedi, Konsultan Tangan dan Bedah Mikro, Staf Orthopaedi UGM RSUP Sardjito, Yogyakarta).
Baca juga: Perawatan Luka Pascaoperasi Sunat Kadang Bikin Anak Rewel
Menurut dr. Meirizal Hasan, mesin yang dinamakan ini RZ VAC membuat terapi pembalut luka semakin mudah diterapkan Vacuum-Assisted Closure (VAC) atau kadang disebut Negative-Pressure Wound Theraphy ( NPWT ).
"(NPWT) merupakan terapi yang sangat efektif untuk bermacam kondisi luka, baik akut maupun kronik. Sayangnya, perawatan luka (wound dressing) ini masih belum banyak digunakan di Indonesia, " terang Meirizal Hasan dalam keterangannya kepada media, Sabtu (6/8/2022) di Jakarta.
"Kalau ditanya alasannya, ada dua hal yang menjadi alasan, yaitu Pertama, soal biaya. Harga mesin VAC yang beredar terbilang mahal, " sambungnya.
Disebutkan juga terkait dengan biaya penunjangnya, yaitu Bahan Medis Habis Pakai (BHMP).
Yang pada akhirnya, biaya untuk terapi ini jadi mahal dan sulit terjangkau oleh lapisan pasien menengah kebawah.
Baca juga: IDI Kembali Berduka, Dokter Orthopedi dan Guru Besar Farmakologi Meninggal Dunia Akibat Covid-19
Kedua, lanjut Meirizal Hasan, terapi pada umumnya harus dilakukan di rumah sakit. Yang berarti Length of Stay
(LOS) atau waktu perawatan akan memanjang. Sekadar informasi, dengan penggunaan mesin VAC yang berada di pasaran, terapi bisa berlangsung rata-rata 14-28 hari sebelum operasi definitif. Situasi yang kurang ekonomis, baik untuk pihak rumah sakit maupun pasien.
"Punya manfaat yang besar tapi kurang menguntungkan, sehingga perlu dicari solusi. Hal inilah yang mendorong Kelompok Staf Medis (KSM) Orthopaedi RSUP Dr. Sardjito untuk mencari pemecahan masalah tersebut. Hasilnya, sebuah alat yang disebut RZ VAC, " ujarnya.
Dikatakannya, secara fungsi, alat ini bekerja seperti mesin VAC buatan pabrikan, yaitu untuk terapi pembalut luka.
Hanya saja, kata Dokter Spesialis Orthopaedi ini, ada dua hal yang bisa dikedepankan ketika bicara soal alat ini jika dibandingkan dengan mesin VAC lain. Bahasa lugasnya, yang jadi kelebihan dari mesin VAC karya anak bangsa ini.
Soal harga, lanjut Dia, biaya produksi RZ VAC sangat ekonomis apabila dibandingkan dengan harga mesin VAC pabrikan.
Ditambah, biaya tiap kali perawatan luka yang juga jauh lebih murah.
"Mungkin ada yang penasaran, seberapa jauh, sih, beda harga mesin VAC pabrikan dengan RZ VAC? Ini sekadar gambaran, ya. Mesin-mesin VAC keluaran pabrikan harganya puluhan juta. Ada memang yang di bawah Rp10 juta, tapi itu untuk sekali pakai (masa pakai hanya sekitar 5-6 hari). Nah, kalau RZ VAC, satu mesinnya seharga Rp 700.000 (mesin generasi ke-7). Bedanya jauh sekali, kan?, " bebernya.
Dijelaskannya, Saat ini Ia sedang mengembangkan mesin RZ VAC terbaru generasi ke-8 yang jauh lebih baik dari mesin generasi-generasi sebelumnya.
Tentu dengan tetap mempertahankan aspek murah dengan mengedepankan hasil optimal.
"Murah tapi enggak murahan. Ini kelebihan kedua. RZ VAC membuat waktu perawatan di rumah sakit jadi lebih singkat. Bukan hanya sekadar klaim, bahasa marketing, atau imingiming promosi, tapi ini berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di RSUP Dr. Sardjito dan telah dipublikasikan di jurnal ilmiah, " paparnya.
Diterangkannya, setelah penggantian VAC pertama, mayoritas pasien sudah boleh pulang pada hari ke-3.
Nah, waktu perawatan jauh lebih singkat, kan?
Setelahnya, pasien harus menjalani kontrol sebanyak dua kali seminggu (Selasa dan Jumat) di Poliklinik Hand-Microsurgery RSUP Dr.Sardjito. Wah, keren, ya?
Tapi, ada, nih, tambahnya, yang enggak kalah keren, yaitu soal logo produk ini. Melihat logo RZ VAC, sosok burung hantu menjadi pusat perhatian.
Bukan sekadar lucu, tapi ada makna filosofisnya, lho.
Burung hantu melambangkan kecerdasan dan kebijaksanaan, sekaligus lambang dunia pendidikan. Ini sejalan dengan proses pengembangan RZ VAC yang melibatkan institusi pendidikan.
Selain itu, Dia memaparkan, burung hantu juga merupakan binatang yang menjadi sahabat petani perwakilan dari masyarakat menengah ke bawah. Rendahnya biaya produksi serta biaya perawatan memungkinkan pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh semua kalangan masyarakat.
Langkah yang tentunya perlu dukungan dari semua pihak, terutama agar bisa diproduksi dalam jumlah banyak. Kalau jumlahnya semakin banyak, berarti, RZ VAC bisa tersebar ke wilayah yang semakin luas. Yang berarti, semakin banyak masyarakat yang bisa memanfaatkannya.
"Produksi alat yang meningkat pun juga perlu dibarengi dengan semakin banyaknya pelatihan bagi tenaga medis dalam pemanfaatan alat ini. Dan kalau semua itu bisa terjadi, kualitas pelayanan kesehatan pun akan menjadi lebih baik, " pungkasnya.