Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Orang lanjut usia kerap disebut berisiko alami kanker paru-Paru. Padahal, orang muda juga punya risiko yang sama.
Hal ini diungkapkan oleh dokter spesialis penyakit dalam dan konsultan hematologi onkologi medik, dr. Andhika Rachman, SpPD-KHOM.
"Jadi kanker Paru-paru tidak hanya dialami orangtua. Memang menjadi tua adalah salah satu faktor risiko. Karena mutasi genetik sel lebih cepat terjadi," ungkapnya pada konferensi pers virtual, Rabu (31/8/2022).
Baca juga: Selain Perokok, Ini Kelompok Rentan Terpapar Kanker Paru
Namun, pada orang muda bisa saja terjadi kanker Paru-Paru.
Hal ini bisa saja dipicu dengan iritasi kronik dan inflamasi yang disebabkan karena bahan-bahan seperti rokok. Faktor lingkungan juga bisa menjadi faktor.
Misalnya bagi orang bekerja di tambang, pabrik dan sebagainya.
"Kita akan mengenal istilah fenotip dan genotip. Fenotip adalah faktor lingkungan sedangkan genotip faktor gen. Dua-duanya harus klop. Kalau gen kanker Paru-Paru ada, tetapi lingkungan tidak mendukung maka tidak akan muncul. Begitu pun sebaliknya,"kata dr Andhika menambahkan.
Sehingga bisa disimpulkan jika orang lanjut usia atau pun muda punya risiko yang sama. Hanya saja, pada orang muda, masih banyak opsi pengobatan yang bisa dipilih. Mengingat, kata Andhika cadangan tubuh dan organ masih cukup baik.
Selain itu, biasanya ada risiko komplikasi timbul pasca pengobatan seperti kemoterapi, akan menyebabkan gangguan fungsi ginjal. Dokter pastinya akan mencegah gangguan fungsi ginjal.
"Tapi tidak bisa dipugkiri akan ada penurunan sedikit fungsi ginjal jika tidak melakukan pencegah. Hanya saja, recovery pada orang muda juga lebih cepat," katanya lagi.
Selain itu, menurut dr Andhika, pengobatan kanker Paru-Paru antara orang muda dengan lansia sama. Hanya saja orang muda jauh lebih mudah. Teknik pengobatan pun sama, tapi opsi jauh lebih beragam.