News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Prof. Zubairi Djoerban: Waspadai 5 Faktor Penularan HIV/AIDS

Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pionir penanganan HIV/AIDS di Indonesia Prof. dr. Zubairi Djoerban saat sesi wawancara khusus dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra, di Jakarta, Jumat (2/9).

Jadi waktu itu pasien-pasien hemofilia mendapatkan faktor 8 ini intinya adalah donor dikumpulkan banyak kemudian diolah. Ketika tercemar satu, maka semuanya kena, banyak di Indonesia kasus yang saya tangani dengan hemofilia.

Kemudian, setelah cara tesnya, sekarang proses untuk faktor 8 sudahi, dan darah yang keluar dari PMI dan program transfusi darah manapun disaring bersih, 99,9 persen tidak bisa 100 persen tapi bisa dikatakan semuanya tidak terjadi penularan.

Nah keempat, jadi kalau seorang Ibu tertular HIV dan dia hamil, disitu resiko bayinya tertular itu antara 20-30 persen. Namun kemudian kalau Ibu ini minum obat maka resiko penularan nol. 

Sekarang di banyak negara bagian di Amerika tidak ada lagi bayi lahir dari ibu yang positif yang tertular karena si Ibu minum obat.

Baca juga: Sebagian Besar Penderita HIV/AIDS di Bandung Barat Karena Hubungan Lelaki dengan Lelaki

Namun kenyataannya di Indonesia berbeda karena Ibu ini ternyata tidak semua ibu hamil tes HIV itu yang terjadi di kita dan penularan di layanan kesehatan (jarum suntik). 

Jadi misalnya menyuntik seseorang setelah suntik jangan ditutup lagi nah proses penutup ini kemudian bisa meleset. Jadi sekarang tidak boleh lagi, recapping, menutup kembali spet ke tutupnya. Itu yang kelima.

Dari kelima itu yang paling tinggi persentasenya yang mana (penularan)?

Yang paling tinggi dari laki ke perempuan, perempuan ke laki, heterogen. Penularan seksual.

Apakah fenomena LGBT di Indonesia yang semakin hari semakin marak justru bisa menjadi pengungkit atau pemicu infeksi HIV/AIDS?

Iya kan dari awal memang mula-mula dulunya di sana. Saya kira edukasi yang berulang-ulang itu ternyata yang banyak orang merasa cukup, ternyata tidak cukup karena masih banyak yang tidak tahu mengenai penularan. (tribun network/yuda).

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini