News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pria Lebih Rentan Terkena Parkinson Ketimbang Wanita, Begini Penjelasannya

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Parkinson biasanya paling sering ditemukan pada kasus-kasus pencemaran limbah seperti mangan, magnesim, karbonoksida, methanol, etanol, sianida, dan yang terbaru MPTP.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif terbanyak kedua setelah penyakit alzheimer. Diperkirakan ada sekitar 160 kasus pada 100.000 populasi.

Penyakit ini disebabkan karena berkurangnya hormon dopamin di otak yang menyebabkan penderitanya mengalami penurunan gerak anggota tubuh.

“Penyakit parkinson ini lebih banyak diakibatkan adanya penurunan fungsi otak pada daerah yang disebut substantia nigra,” tutur dokter spesialis Neurologi (Otak dan Saraf dari Unair, Priya Nugraha, dikutip dari laman unair, Senin (19/9/2022).

Gejala-gejala parkinson akan muncul pada usia 40-70 tahun walaupun terdapat beberapa kasus di mana gejala muncul di usia yang lebih dini.

Biasanya, penyakit ini lebih banyak diderita pria dibandingkan wanita dengan perbandingan 3:2.

Parkinson biasanya paling sering ditemukan pada kasus-kasus pencemaran limbah seperti mangan, magnesim, karbonoksida, methanol, etanol, sianida, dan yang terbaru MPTP.

Di samping itu, penyakit ini juga dapat disebabkan oleh trauma dan infeksi yang mengenai susunan saraf pusat (otak).

Terdapat empat gejala utama dari penyakit ini yang biasanya dirangkum dalam mnemonik TRAP yakni tremor, rigiditas, Akinesia (pelambatan), dan postural instability (instabilitas postural).

Baca juga: Pasien Parkinson di Jepang Rata-rata Cepat Sembuh dengan Mendengarkan Musik Secara Rutin

“Tremor ini adalah tremor yang terjadi ketika istirahat. Jadi, kalau Bapak atau Ibu sedang istirahat dan ngobrol, tangannya agak sedikit gemetaran,” tegas dr Ugra, sapaan akrabnya.

Penyakit parkinson pun akan berdampak terhadap cara berjalan si penderita yang mulai melambat dengan postur yang tidak stabil.

Baca juga: Studi Hasil Otopsi di AS: Otak Pasien Covid-19 yang Parah Mirip Otak Pasien Alzheimer dan Parkinson

Penderita parkinson, lanjut dr Ugra, biasanya tidak menyadari beberapa gejala penyakit parkinson yang dialaminya.

Pada banyak kasus, justru orang-orang terdekat penderita seperti teman, pasangan, atau keluarga yang mengetahui munculnya gejala pada penderita parkinson.

Meskipun tidak serta-merta menyebabkan kematian, namun penyakit parkinson yang menahun dapat menyebabkan munculnya penyakit lain seperti infeksi paru-paru (pneumonia) bahkan dapat memunculkan depresi.

“Pada pasien lama yang terus baring, tubuhnya akan kaku menjadi malas bergerak sehingga pasien cenderung untuk terserang suatu infeksi paru-paru (pneumonia) karena imobilisasi lama,” terang dr Ugra.

Baca juga: Rusia Bantah Putin Akan Lengser Gara-gara Kabar Parkinson

Lebih jauh, penderita parkinson juga rawan mengalami fraktur (patah tulang), karena banyak komorbidnya semakin banyak di usia ini.

Hingga saat ini, belum ada tata laksana yang dapat menyembuhkan penyakit ini.

“Tata laksana, obat-obatan, atau beberapa terapi lain seperti fisioterapi dan operasi itu hanya untuk mengurangi atau mengoptimalkan gejala-gejala sehingga pasien masih bisa beraktivitas,” ujar dr Ugra.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini