TRIBUNNEWS.COM - Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, Ngabila Salama mengatakan ada 49 kasus gangguan ginjal akut misterius pada anak per Selasa (18/10/2022).
Dari jumlah itu, 25 anak dinyatakan meninggal dunia.
Dikutip dari YouTube tvOneNews pada Senin (17/10/2022), terdapat 11 kasus kematian anak karena gagal ginjal akut yang terjadi di Bali.
Dan 1 anak meninggal di Nusa Tenggara Timur.
Hingga total kasus kematian anak karena gangguan gagal ginjal akut misterius di Indonesia capai 37 korban jiwa.
Sejumlah 12 anak saat ini masih dalam perawatan dan 12 anak lainnya sudah sembuh.
Dinkes DKI mencatat per 18 Oktober 2022, gagal ginjal akut misterius menyerang 36 anak di bawah usia lima tahun dan 13 anak non-balita.
Dari 49 kasus, ada 33 anak laki-laki dan 16 anak perempuan yang terkena gagal ginjal akut misterius.
Kemenkes mencatat 189 kasus per tanggal 18 Oktober 2022, paling banyak didominasi usia 1-5 tahun.
Baca juga: Ratusan Anak Indonesia Terpapar Gagal Ginjal Misterius, HNW Minta KemenPPPA Ambil Tanggung Jawab
"Disebut misterius karena penyebab pastinya belum diketahui. Beberapa hipotesis atau dugaan (menyebut) penyebabnya infeksi," kata Ngabila, dikutip dari Kompas.com.
Tiga Gejala yang Tidak Biasa
Menurut laporan Tribunnews sebelumnya, ada tiga hal yang membuat gagal ginjal ini tidak biasa.
Pertama, perkembangan penyakitnya dinilai cepat.
Kedua, terjadi secara mendadak dan ketiga, gejala menjadi lebih buruk dengan cepat.
dr Henry mengatakan setidaknya ada tiga gejala awal yang mengindikasikan gagal ginjal.
Pertama, produksi urin menurun, yang dapat ditandai dengan demam dan diare.
Selanjutnya, gejala pertama dapat disertai gangguan napas, misalnya batuk pilek.
Ketiga, frekuensi air seni yang berkurang dan terjadinya perubahan warna urin.
Kemenkes Imbau Orang Tua Lebih Waspada
Menurut data Kemenkes, kasus gagal ginjal akut yang menyerang anak-anak usia 6 bulan-18 tahun terjadi peningkatan, terutama dalam dua bulan terakhir.
Seiring dengan peningkatan tersebut, Kemenkes meminta orang tua untuk tidak panik, tetap tenang namun selalu waspada.
Terutama jika anak mengalami gejala yang mengarah kepada gagal ginjal akut.
Baca juga: Gejala Gagal Ginjal Akut, Mulai Demam hingga Jumlah Urine Berkurang
Beberapa gejala yang muncul di antaranya:
- diare
- mual
- muntah
- demam selama 3-5 hari
- batuk
- pilek
- sering mengantuk serta jumlah air seni/air kecil semakin sedikit bahkan tidak bisa buang air kecil sama sekali
- perubahan warna pada urine (pekat atau kecoklatan).
Baca juga: Mengenal Gagal Ginjal Akut, Ini Penyebab hingga Pencegahannya
Jika warna urine berubah dan volume urine berkurang, bahkan tidak ada urine selama 6-8 jam (saat siang hari), orang tua diminta segera membawa anak ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Ketika di rumah sakit, Kemenkes merekomendasikan agar pemeriksaan berlanjut pada fungsi ginjal (turun, kreatinin).
Jika fungsi ginjal meningkat, akan dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk menegakkan diagnosis, evaluasi kemungkinan etiologi dan komplikasi.
Jika hasil pemeriksaan menunjukkan positif gagal ginjal akut, maka pasien akan dilakukan perawatan di ruangan intensif berupa High Care Unit (HCU)/Pediatric Intensive Care Unit (PICU) sesuai indikasi.
Selama proses perawatan, faskes akan memberikan obat dan memonitoring kondisi pasien.
Monitoring tersebut meliputi volume balance cairan dan diuresis selama perawatan, kesadaran, napas kusmaull, tekanan darah, serta pemeriksaan kreatinin serial per 12 jam.
“Selama proses perawatan pasien Gagal Ginjal Akut akan diberikan Intravena Immunoglobulin (IVIG). Sebelum diberikan, Rumah Sakit harus mengajukan permohonan kepada Direktorat Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan,” jelas dr. Yanti, dikutip dari Kemenkes.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti/Aisyah Nursyamsi)(Kompas.com/Zintan Prihatini)
Artikel lain terkait Gagal Ginjal Akut Misterius