TRIBUNNEWS.COM - Mengompol, atau yang dikenal dengan istilah medis enuresis, adalah masalah yang wajar jika dialami oleh anak-anak. Namun, faktanya, mengompol juga bisa dialami oleh orang dewasa. Apa sih yang menyebabkan hal tersebut terjadi?
Kondisi ini bisa terjadi saat orang dewasa mengalami sering buang air kecil (BAK) di siang dan malam hari dan kerap tak tahan untuk melakukannya. Dalam dunia medis, kondisi ini dikenal dengan sebutan kandung kemih overaktif atau overactive bladder (OAB).
Selain OAB, jenis mengompol yang juga sering dialami adalah mengompol saat tekanan perut meningkat seperti batuk, bersin, tertawa, olahraga dan mengangkat barang berat yang dikenal dengan sebutan mengompol jenis tekanan atau inkontinensia urine tipe stres.
Faktanya, angka kejadian OAB dan inkontinensia urine tipe stres meningkat seiring bertambahnya usia.
Jika dilihat dari jumlah kasus, gangguan OAB bisa menyerang perempuan dan laki-laki sedangkan inkontinensia urine tipe stres lebih banyak dialami oleh perempuan.
Adapun faktor yang menyebabkan kondisi OAB dan inkonsistensia urine antara lain disebabkan oleh gaya hidup yang buruk atau gangguan kesehatan yang memperparah kondisi tersebut.
Selain itu, kebiasaan merokok, kurang olahraga, obesitas, minum minuman berkafein tinggi, hingga overhidrasi juga menjadi salah satu penyebab mengompol.
Untuk gangguan kesehatan, mengompol bisa diperparah dengan gangguan pada organ lain. Misalnya, batuk-batuk dan asma yang terjadi pada paru-paru, gangguan jantung, saluran kemih bagian bawah, dan ginjal.
Ahli Urologi Mayapada Hospital Prof. dr. Harrina Erlianti Rahardjo, SpU (K), PhD menjelaskan bahwa setetes urine yang keluar tiba-tiba dan tak diinginkan, bisa dikatakan sebagai gangguan mengompol.
“Jadi bukan hanya kejadian keluar urine dalam jumlah banyak seperti saat kita masih kecil saja yang dikategorikan sebagai mengompol. Setetes saja sudah dikatakan mengompol atau inkontinensia urine bila keluar di saat yang tidak diinginkan,” ujar Prof. Harrina.
Lebih lanjut, Prof Harrina menjelaskan mengenai fase berkemih yang terdiri dari dua fase. Pertama, fase berkemih terjadi fase pengisian kandung kemih oleh urine yang dialirkan dari ginjal. Selanjutnya, fase berkemih terjadi saat BAK ketika seseorang mengeluarkan urine dari kandung kemih.
“Mengompol adalah gangguan berkemih yang terjadi di fase pengisian. Seharusnya setelah usia di atas 5 tahun kita sudah bisa mengontrol BAK sehingga tidak terjadi mengompol. Pada kondisi tertentu, setelah usia 18 tahun atau dewasa bisa saja mengompol terjadi yang disebabkan berbagai hal. Contohnya saat tertawa dan batuk bisa keluar urine yang sudah digolongkan sebagai mengompol,” jelasnya.
Prof Harrina juga menambahkan bahwa ada jenis keluhan mengompol tipe campuran yang menggabungkan kedua kondisi tersebut.
Penyebab OAB dan inkontinensia urine
Mengompol karena stress bisa disebabkan pertambahan usia, menopause, dan kondisi lain yang mempengaruhi kekuatan panggul, misalnya riwayat melahirkan.
Prof. Harrina menjelaskan bahwa perempuan yang melahirkan bayi di atas 3 kg dan riwayat pengangkatan rahim dapat memicu gangguan berkemih. Untuk laki-laki, operasi di daerah prostat merupakan faktor risiko.
Di sisi lain, penyebab mengompol jenis OAB bisa karena pertambahan usia, hingga pola hidup dan pola makan. Contohnya, adalah kebiasaan mengonsumsi minuman berkafein secara berlebih.
Namun, yang perlu diperhatikan adalah gangguan penyakit penyerta seperti penyakit syaraf, misalnya stroke dan cedera tulang belakang.
“Dinding dasar panggul melemah salah satunya disebabkan karena menopause dan penurunan hormon estrogen pada perempuan merupakan faktor risiko mengompol. Obesitas, merokok, kebiasaan minum berlebihan, misalnya sehari minum 3-4 liter, akan menyebabkan seseorang menjadi beser bahkan sampai mengompol. Penyakit seperti diabetes, jantung, obat-obatan yang rutin dikonsumsi pasien juga dapat membuat urine jadi banyak,” katanya.
Untuk riwayat melahirkan, Prof. Harrina menekankan bahwa riwayat banyak anak dapat melemahkan otot panggul. Alhasil dapat memperbesar kemungkinan gangguan mengompol.
“Memang semakin banyak anak, apalagi persalinan lewat jalur vagina/normal dan berat lahir bayi besar lebih berisiko, dibandingkan dengan anak yang sedikit. Dianjurkan agar segera melakukan latihan otot dasar panggul untuk menguatkan kembali ototnya setelah diijinkan oleh dokter spesialis obstetri dan ginekologi yang merawat. ,” jelasnya.
Untuk riwayat penyakit, diabetes melitus, batu dan tumor kandung kemih, hingga pembesaran prostat adalah beberapa dari sekian faktor risiko gangguan mengompol.
“Berbagai penyakit yang dapat menyebabkan mengompol dan beser seperti diabetes melitus, batu dan tumor dalam kandung kemih, pembesaran prostat harus kita evaluasi,” ungkapnya.
Diagnosis dan penanganan gangguan mengompol
Dalam penanganannya, gangguan mengompol memerlukan perawatan dokter. Dimulai dari tahapan pertama, yaitu pasien datang berkonsultasi dan wawancara. Hal ini bertujuan untuk mengetahui riwayat berkemih untuk mendiagnosis jenis gangguan mengompol yang dialami.
Prof. Harrina menjelaskan, “Maka kami lakukan wawancara/anamnesis dulu, untuk mengetahui jenis mengompol dan keluhan berkemih lainnya. Selain itu harus digali berbagai faktor risiko seperti kebiasaan dan gaya hidup sehari-hari, penyakit penyerta, riwayat obat-obatan, dan riwayat operasi. Lalu ada pemeriksaan fisik secara menyeluruh, termasuk berat badan, tekanan darah, adakah kelainan jantung/paru, syaraf dan tentunya saluran kemihnya.”
Pasien perlu melakukan pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan berat badan, tinggi badan, tanda vital, jantung/paru, ginjal, dan kandung kemih. Secara khusus, pasien laki-laki juga akan melakukan pemeriksaan prostat dan perempuan akan diperiksa kelamin, dinding dasar panggul, dan pembengkakkan pada tungkai atau mata kaki.
Cek keluhan gangguan mengompol Anda di Mayapada Hospital
Bagi Anda yang mengalami gangguan mengompol, Anda bisa memeriksakan diri ke Mayapada Hospital. Hadir sebagai rumah sakit dengan fasilitas lengkap dan mumpuni, Mayapada Hospital menyediakan layanan komprehensif dan multidisiplin untuk diagnosis tata laksana mengompol yang bersifat multifaktorial.
Tahapan tata laksana untuk pasien yang ingin mengecek keluhan mengompol dimulai dengan terapi konservatif sampai invasif tersedia dengan melibatkan berbagai spesialis seperti Urologi, Obstetri dan Ginekologi, Rehabilitasi Medik, Ilmu Penyakit Dalam dan Syaraf.
Untuk diagnosis gangguan berkemih dan mengompol yang lebih maksimal, Mayapada Hospital menyediakan teknologi urodinamik dan videourodinamik yang dapat mendeteksi jenis gangguan berkemih dan penyebabnya.
Hasilnya, tata laksana mengompol dapat dirancang dengan tepat dan dilakukan oleh dokter ahli spesialis yang berpengalaman.
Untuk diagnosis tambahan, Tahir Uro-nephrology Center dan Oncology Center Mayapada Hospital menyediakan layanan komprehensif dalam penanganan keganasan prostat, ginjal, dan saluran kemih serta kanker lainnya.
Mayapada Hospital menghadirkan peralatan terkini dan melibatkan kolaborasi multi-spesialisasi dokter yang bertindak mulai dari deteksi dini, diagnosis, terapi tindakan bedah, kemoterapi, imunoterapi dan radioterapi, hingga rehabilitasi medis saat proses penyembuhan. Mayapada Hospital juga dilengkapi dengan Laparoskopi dengan teknologi terbaru yaitu tiga dimensi dengan ketajaman 4K (ultraHD).
Tahir uro-nephrology Center Mayapada Hospital didukung oleh team dokter yang berkompentesi dan professional di bidangnya :
1. Unit Mayapada Hospital Jakarta Selatan
dr. Syamsu Hudaya, Sp.U ( K ), dr. Akbari Wahyudi Kusumah SpU, dan dr. Firdianto Sp U ; Prof.dr. Harrina Erlianti Rahardjo, Sp.U(K), PhD
2. Unit Mayapada Hospital Kuningan
dr. Dyandra Parikesit, BMedSc, Sp.U, FICS, dr. Robertus Bebet Prasetyo, Sp.U, dr. Fatan Abshari, Sp.U,
3. Unit Mayapada Hospital Surabaya
dr. Satrya Husada, Sp.U, dr. Prasastha Dedika Utama, Sp.U, dr. Aditya Pramanta, Sp.U
4. Unit Mayapada Hospital Tangerang : dr. Vinny Verdini, Sp.U dan dr. Komaruddin Boenjamin, Sp.U
5. Unit Mayapada Hospital BMC Bogor : dr. Yulfitra Soni, Sp.U
Bagi Anda atau kerabat Anda yang mengalami gangguan mengompol, segera lakukan penanganan langsung ke Mayapada Hospital. Jika ingin berkonsutasi dengan dokter dokter Mayapada Hospital di atas, maka dapat mengklik link beriikut ini.