Saksi mata dan kesaksian dari para korban selamat menunjukkan bahwa beberapa pria berhasil melarikan diri dari lokasi kejadian ke toko-toko terdekat, sementara wanita tidak dapat melakukannya.
Baca juga: Pihak Berwenang Korea Selatan Mengaku Tidak Punya Pedoman untuk Tangani Kerumunan Pesta Halloween
Profesor Pengobatan Darurat di Rumah Sakit Universitas Nasional Seoul yang mengambil bagian dalam Operasi Penyelamatan, Hong Ki-jeong mengatakan bahwa sebagian besar kematian tampaknya disebabkan oleh serangan jantung yang dipicu asfiksia.
Sederhananya, orang-orang mati lemas, diremukkan dengan begitu erat sehingga mereka tidak bisa bernapas.
"Ketika (petugas penyelamat) pergi untuk menyelamatkan, sebagian besar (korban) tidak responsif terhadap CPR, mereka mati lemas. Banyak yang dapat dipastikan sudah menderita kerusakan otak karena asfiksia, jadi tindakan darurat memiliki efek terbatas," tegas Hong.
Perlu diketahui, waktu emas untuk menolong mereka yang terkena serangan jantung adalah dalam lima menit pertama, karena setelah itu akan terjadi kerusakan otak.
Lalu setelah 10 menit, kerusakan menjadi permanen.
Dalam kasus tragedi Itaewon, waktu kritis telah berlalu bagi sebagian besar korban karena butuh beberapa menit untuk mengeluarkan mereka dari tumpukan mayat.