Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah terus menggenjot akselerasi penanganan stunting menjadi 14 persen pada akhir tahun 2024.
Stunting masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia.
Kondisi tersebut jika berlangsung lama maka menyebabkan terhambatnya tumbuh kembang anak.
Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) UM Surabaya Ira Purnamasari menjelaskan kekurangan gizi pada periode emas tidak dapat diperbaiki di masa kehidupan selanjutnya.
Periode emas adalah periode 1000 hari pertama kehidupan adalah masa sejak anak dalam kandungan hingga anak berusia 2 tahun.
Pada periode ini, otak mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, yang mendukung seluruh proses tumbuh kembang anak dengan sempurna.
Baca juga: Presiden Meminta Para Guru Ikut Cegah Terjadinya Stunting
“Karena mengalami kekurangan gizi menahun, anak stunting tumbuh lebih pendek dari standar tinggi balita seumurnya,”jelas Ira seperti dikutip dari laman UM Surabaya, Senin (5/12/22).
Menurutnya, dampak dari stunting bersifat langsung dan jangka panjang.
Seperti peningkatan morbiditas dan mortalitas, perkembangan anak yang buruk, peningkatan risiko infeksi dan penyakit tidak menular di masa dewasa serta anak menjadi tidak cerdas dan sulit mengikuti pelajaran saat bersekolah.
Hal ini berimbas pada penurunan produktivitas dan kemampuan ekonomi.
“Kemampuan berpikir anak stunting menjadi lambat jika dibandingkan dengan anak seusianya," papar Ira.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa terdapat pengaruh stunting terhadap perkembangan kognitif dan prestasi belajar anak.
Ia menjelaskan, perkembangan kognitif merupakan aspek yang berfokus pada keterampilan berpikir anak termasuk belajar, pemecahan masalah, berpikir rasional, pemusatan perhatian, kreativitas, bahasa, dan kemampuan mengingat yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan anak di sekolah.