TRIBUNNEWS.COM - Inilah penjelasan terkait seberapa efektif anti bisa ular untuk menyelamatkan korban dari gigitan king kobra.
Di Indonesia, anti bisa ular dikembangkan oleh satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yakni Bio Farma.
Dikutip dari laman Kemkes, serum anti bisa ular atau snake anti venom merupakan produk biologis yang digunakan dalam pengobatan gigitan ular berbisa.
Anti bisa ular diberikan ketika seorang pasien terbukti atau diduga telah digigit ular berbisa.
Sementara untuk serum anti bisa ular yang dibuat oleh Bio Farma, diketahui terbuat dari plasma kuda yang memberikan kekebalan terhadap bisa ular yang bersifat neurotoksik dan hemotoksik.
Adapun ular yang bersifat neurotoksik yakni ular kobra dan ular belang.
Baca juga: Ular King Kobra Kembali Memakan Korban, Pecinta Reptil Ingatkan Pemerintah Soal Serum Anti Bisa
Sementara yang bersifat hemotoksik ialah ular tanah.
Lantas seberapa efektif anti bisa ular untuk mneyelawatkan korban?
Efektifitas Anti Bisa Ular
Dikutip dari laman WHO, ada sekitar 5,4 juta gigitan ular terjadi setiap tahun.
Dari kasus gigitan ular tersebut menghasilkan 1,8 hingga 2,7 juta kasus envenoming atau keracunan akibat gigitan ular.
Namun WHO menjelaskan bahwa sebagian besar kematian dan konsekuensi serius dari gigitan ular sepenuhnya dapat dicegah dengan membuat antivenom atau anti bisa ular.
Penggunaan anti bisa ular berkualitas tinggi dapat menjadi pengobatan yang paling efektif untuk mencegah atau membalikkan sebagian besar efek berbisa dari gigitan ular.
Anti bisa ular tersebut sudah termasuk dalam daftar obat esensial WHO.