TRIBUNNEWS.COM - Mikrosefalus merupakan kondisi dimana ukuran kepala bayi jauh lebih kecil dari ukuran yang normal atau semestinya.
Kondisi Mikrosefalus dapat terjadi karena otak bayi belum berkembang dengan baik selama kehamilan atau berhenti tumbuh setelah lahir.
Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan, kondisi Mikrosefalus ini dapat terjadi sejak lahir dan bisa terjadi seiring masa pertumbuhan bayi tersebut.
Mikrosefalus tak hanya menyebabkan ukuran kepala bayi menjadi kecil, namun juga menimbulkan sejumlah gejala mulai dari kejang hingga gangguan mental.
Bahkan pada kondisi yang lebih parah, Mikrosefalus bisa mengancam jiwa.
Untuk lebih lengkapnya, berikut penyebab hingga pencegahan Mikrosefalus:
Baca juga: Kenali Gejala Tumor Padat pada Bayi dan Anak, Waspada Jika Terjadi Kelainan di Mata
Penyebab Mikrosefalus
Terdapat sejumlah faktor yang dapat menyebabkan adanya gangguan pada perkembangan otak sehingga meningkatkan risiko mikrosefalus, yakni:
1. Infeksi pada ibu hamil akibat virus seperti toksoplasmosis, Campylobacter pylori, cytomegalovirus, herpes, rubella, sifilis, HIV, hingga virus Zika.
2. Kelainan genetik, seperti sindrom Down atau sindrom Angelman.
3. Kekurangan nutrisi pada ibu hamil atau janin yang dikandungnya.
4. Paparan zat berbahaya pada ibu hamil, seperti logam (arsenik atau merkuri), alkohol, rokok, radiasi, atau NAPZA.
5. Kelainan pada struktur tengkorak bayi, seperti craniosynostosis, yaitu kondisi ketika ubun-ubun bayi menutup lebih cepat.
6. Komplikasi saat masa kehamilan atau persalinan, seperti cerebral anoxia, yakni kekurangan pasokan oksigen ke otak janin.