Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hipertensi berawal dari kondisi yang sering kali diabaikan. Sebab, sebagian besar yang mengalaminya tidak memiliki keluhan.
Hal ini diungkapkan oleh Sekretaris Jenderal Indonesian Society of Hypertension (InaSH) dr Djoko Wibisono, Sp.PD-KGH.
“Tidak jarang hipertensi ditemukan secara tidak sengaja pada waktu pemeriksaan kesehatan rutin atau datang dengan keluhan lain," kata dr Djoko Wibisono.
Padahal, hipertensi menjadi sumber komplikasi kesehatan yang lebih fatal untuk organ vital seperti otak, jantung, maupun ginjal.
"Selain itu hipertensi masih menjadi faktor risiko utama penyebab dari stroke perdarahan, penyakit jantung koroner, gagal jantung, penyakit ginjal kronik, bahkan kematian dini," tegasnya.
Baca juga: 5 Manfaat Jeruk Bali untuk Kesehatan, Dapat Meningkatkan Kekebalan Tubuh hingga Mencegah Hipertensi
Karenanya, berangkat dari kondisi tersebut, hipertensi sering disebut sebagai ‘Si Pembunuh Senyap’ atau ‘The Silent
Killer’.“
Sebagian besar kondisi tekanan darah tinggi, terutama pada kelompok hipertensi primer tidak memiliki gejala yang spesifik.
Gejala klinis baru dirasakan bila kondisi hipertensi telah memberat atau yang telah ada komplikasi.
"Gejala yang dapat muncul antara lain sakit kepala atau pusing, rasa mudah lelah saat aktivitas, nyeri dada, gelisah, penglihatan buram, mimisan, bahkan penurunan kesadaran," pungkasnya.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018 terjadi kenaikan angka kejadian kasus hipertensi di Indonesia menjadi 34,11 persen dari 25,8 persen pada tahun 2013.
Lebih lanjut, dr Djoko mengungkapkan jika hipertensi sendiri terbagi dalam dua kelompok penyebab.
Yaitu hipertensi primer (esensial) sebanyak 90-95 persen kasus merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya.
Kedua hipertensi sekunder (5- 10 persen), yaitu tekanan darah tinggi disebabkan oleh penyebab yang mendasarinya.
Seperti berhubungan dengan tanda-tanda gangguan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar gondok (tiroid), dan penyakit kelenjar adrenal (sebuah kelenjar di atas ginjal yang bertugas menghasilkan hormon).
Bisa juga karena konsumsi obat- obatan tertentu.
Tekanan darah tinggi pada hipertensi primer dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko seperti, usia lanjut dan obesitas.
Bisa pula karena riwayat hipertensi pada keluarga, konsumsi makanan asin atau tinggi garam (natrium), konsumsi makanan kemasan atau makanan cepat saji.
Penyebab lain juga bisa bermula dari kurangnya konsumsi buah dan sayur, pola hidup terlalu banyak duduk dan kurang berolah raga, konsumsi alkohol, serta kebiasaan merokok.