TRIBUNNEWS.COM - Stunting merupakan satu masalah kesehatan yang rentan terjadi pada anak.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang.
Kondisi ini terjadi pada periode 1.000 hari pertama kehidupan (HPK), yaitu mulai janin hingga anak berusia 24 bulan atau 2 tahun.
Dikutip dari genbest.id, stunting menyebabkan perawakan balita menjadi kerdil atau sangat pendek.
Bagaimana kita tahu seorang anak terkena stunting?
Berdasarkan standar WHO, pertumbuhan anak berusia 0-5 tahun dikatakan mengalami stunting bila di bawah -2 standar deviasi grafik pertumbuhan anak dan disebut stunting berat bila di bawah -3.
Baca juga: Ciri-ciri Stunting pada Anak dan Langkah Pencegahan yang Harus Dilakukan Orang Tua
Bagi orangtua, stunting tidak bisa dianggap remeh. Bahkan perlu adanya pencegahan agar si kecil tidak mengalami stunting.
Pasalnya, stunting memiliki dampak yang bisa berpengaruh luas hingga mencakup banyak aspek.
Bahkan dampak stunting tak hanya dalam jangka pendek, tapi juga jangka panjang sehingga mempengaruhi masa depan si anak.
Merangkum dari sejumlah sumber, inilah dampak stunting pada balita baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang:
1. Jangka Pendek
- Anak menjadi sering sakit
Daya tahan tubuh anak dengan kondisi stunting lebih lemah jika dibandingkan dengan anak pada umumnya.
Si kecil akan mudah terserang penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri atau virus.